Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Metode adalah proses yang sistematis serta terbayang untuk memenuhi sesuatu yang diinginkan. Sedangkan, Metodologi yaitu semua pendidik, pengajar, pelatih atau pembimbing wajib mempelajari ilmu ini dan mempraktekan alur pembelajaran kepada siswa, sehingga pendidik dapat mempelajari dan menerapkan metodologi pembelajaran. Belajar adalah cara untuk mencapai kapasitas ilmu, perubahan tingkah laku atau ulasan dari pengalaman. Tata tertib adalah peraturan yang wajib ditaati oleh masyarakat sekolah. Dalam kitab Ta'lim Muta'allim karya Imam al-Janurzi, terdapat beberapa metodologi belajar dan tata tertibnya, sebagai berikut waktu belajarTerdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Guru kita Syaikhul Islam Burhanuddin waktu tepat memulai belajar hari rabu. Dalam hal ini beliau telah meriwayatkan sebuah hadist sebagai dasarnya, dan mata pelajaranDalam menuntut ilmu kita wajib untuk memperhatikan ilmu yang ingin kita pelajari dan memilih ilmu yang paling baik serta cocok dengan diri kita, dari segi kebutuhan untuk kedepannya. Menurut kitab Ta'lim Muta'allim, ilmu tauhid adalah ilmu yang paling utama, sehingga kita dapat mengenal sifat-sifat Allah berlandaskan dalil asli, walaupun oleh ulama terdahulu menyatakan sah bahwa orang yang beriman taklid dinyatakan, namun tetap dosa, karena menampakkan serta tidak mencari dalil sebagai penguat beberapa cara dalam memilih mata pelajaran atau ilmu pada Kitab Ta'lim Muta'allim karya Syeikh Burhanuddin Az-Zarnuji, yaitu ketika memilih ilmu, sepatutnya mengutamakan ilmu yang hukum mempelajarinya Fardu 'Ain, di sebut ilmu hal ilmu mentauhidkan Allahh SWT, ilmu cara ibadah kepada Allah SWT dan ilmu Qolbu kelompok ilmu. Ketiga ilmu di atas dapat dikenal dengan Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih dan Ilmu Akhlak/Qalbu. Demikian itu, ilmu yang wajib didahulukan dan yang dimaksud dalam hadits Skala prioritas pelajaranDalam menentukan skala prioritas dapat ditentukan dengan melihat kualitas dan kuantitas pelajarnya, karena keduanya saling terikat. Proses pembelajaran yang berkualitas ada pada materi, metode yang inovatif, sarana prasarana, bantuan administrasi dan sumber daya lainnya supaya terciptanya keadaan belajar yang mendukung. Sedangkan kuantitas berhubungan dengan jumlah peserta didik. Sama dengan jika kamu menghasilkan sesuatu yang berkualitas maka harus di dukung dengan kuantitasnya, dan sebaliknya. Mengenai kualitas dan kuantitas pelajar terdapat sebuah ungkapan dalam Kitab Ta'lim Muta'allim, berikut pelajar"Sebaiknya dimulai dengan pelajaran-pelajaran yang dengan mudah telah bisa di pahami. Syaikhul Islam Ustadz Syarifuddin Al-Uqaili berkata; "Menurut pribadi yang benar dalam masalah adalah seperti yang telah diterangkan oleh para guru kita. Yaitu untuk murid yang baru, mereka pilihkan kitab-kitab yang ringkas atau kecil. Sebab dengan begitu akan lebih mudah di pahami dan di hafal, serta tidak membosankan lagi pula banyak terpraktekan." pelajar"Mengenai ukuran berapa panjang yang baru saja dikaji, menurut keterangan Abu Hanifah adalah bahwasannya Syaikh Qadli Imam Umar bin Abu Bakar Az-Zanji berkata gur kami berkata "Sebaiknya bagi orang yang mulai belajar, mengambil pelajaran baru sepanjang yang kira-kira mampu dihafalkan dengan paham, setelah diajarakan dua kali berulang. Kemudian untuk setiap hari, ditambah sedikit demi sedikit sehingga setelah banyak panjang pun masih bisa menghafal dengan paham pula setelah di ulang dua kali. Demiakanlah lambat laun setapak demi setapak." catatanTerdapat ungkapan yang ada, "Sebaiknya seorang murid membuat catatan sendiri mengenai pelajaran yang sudah di pahami hafalannya, kemudian sering diulang-ulang kembali. Karena dengan cara begitu, akan bermanfaat sekali. Jangan sampai menulis apa saja yang ia sendiri tidak tahu maksudnya, karena hal ini akan menumpulkan otak dan waktupun hilang dengan sia-sia belaka."Dengan demikian, membuat catatan memiliki banyak manfaat, yaitu mengasah daya ingat, mengembangkan otak, teratur, tepat waktu, dan mencapai kesuksesan merupakan wujud permohonan manusia pada setiap waktu atau cara manusia berinteraksi dengan Tuhan-Nya. Terdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Hendaknya pula, dengan sungguh-sungguh memanjatkan do'a kepada Allah dan meratap serta meronta. Allah pasti mengabulkan do'a yang di mohonkan dan tidak mengabaikan orang yang mengharapkan. Sya'ir Imrak Al-Qadli Al-Khalil Asy-Syajarzi dibawakan kepada kami oleh guru kami Syaikh Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin Ismail As-Shaffar, sebagai berikutAbdilah Ilmu, bagaikan anda seorang abdiPelajari selalu, dengan berbuat sopan terpujiyang telah kau hafal, ulangi lagi berkali-kaliLalu tambatkan dengan temali kuat sekaliLalu catatlah, agar kau bisa mengulangi selamanya ku bisa mempelajariJikalau engkau, telah percaya tak kan lupaIlmu yang baru, sesudah itu masuki segeraMengulang-ulang, ilmu yang dulu, jangan terlalaiDan bersungguhan agar yang ini kan mereka, agar ilmumu hidup menjauh, dari siap berakal majuBila ilmu, kau sembunyikan jadi emmbekukamu akan kenal, jadi si tolol yang bodoh dunguApi neraka kan membelenggumu nanti kiamatSiksa yang pedihpun menimpamu munadharoh, dan mutharohahDalam kitab Ta'lim Muta'allim di jelaskan bahwa, sebagai pelajar kita wajib melakukan Mudzakaroh yiatu majelis saling mengingatkan, Munadharoh yaitu majelis saling mengadu pandangan, dan Mutharohah yaitu diskusi atau musyawarah. Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan, kalem, dan penghayatan serta menghilangkan hal yang beresiko Muhammad bin Yahya mengajukan suatu kegagalan, maka beliau sendiri belum menemukan pemecahannya, ia mengatakan "Pertanyaan anda saya catat dahulu untuk kucari pemecahaannya. Dikatakan "Sesaat mutharohah dilakukan, lebih bagus mengulang pelajaran sebulan." Sudah tentu harus dilakukan dengan orang insaf dan bertabiat mudzakaroh bersama orang yang hanya mencari kemanangan dalam berbicara atau bertabiat tidak jujur, suka merampas, akhlak. Syi'ir yang diberikan oleh Khalil bin Ahmad, telah banyak membawa ilmuTerdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Pelajaran hendaknya membiasakan diri sepanjang waktu untuk mengangan-angan dan memikirkan. Melihat kenyataan tersebut, kita mengetahui bahwa menuntut ilmu dan fiqh dapat pula dilakukan bersama-sama dengan bekerja mencari uang. Abu Hafsh Al-Kabir sendiri bekerja sambil mengulang-ulang pelajarannnya sendiri. Dengan demikian, seorang pelajar harus mencarikan nafkah keluarga dan setengah tanggungannya, sekiranya ditengah-tengah keasyikan itu mempelajari sendiri pelajarannya dengan semangat dan segiat dalam belajarBiaya dalam belajar atau pembiayaan pendidikan merupakan materi yang relevan dan tidak dapat terhambat dalam pengelolaan proses pembelajaran di sekolah. Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim terdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Orang kaya jangan kikir, dan hendaklah mohon perlindungan kepada Allah agar tidak kikir. Nabi saw bersabda "Manakah penyakit yang lebih keras daripada kikir? Bapaknya Syaikhul Imam Agung Syamsul Aimmah Al-Halwaniy adalah seorang fakir penjual kue halwak. Bapak ini menghadiahkan beberapa biji tersebut kepada fuqaha, dan katanya "Kumohon tuan mendo'akan putraku." Demikianlah, sehingga atas berkah dermawan, I'tikad baik, suka rela dan merontanya itu, sang putra mendapat kesuksesan cita-citanya. Dengan harta yang dimiliki, hendaklah suka membeli kitab dan mengaji menulis jika diperlukan. Demikian itu akan lebih memudahkan belajar dan bertafaqquh. Muhammad Ibnul Hasan adalah seorang yang hartawan besar yang mempunyai 300 orang pegawai yang mengurusi kekayaannya, toh suka membelanjakan sekalian kekayaannya demi ilmu, sehingga pakaiannya sendiripun tiada yang bagus. Dalam pada itu, Abu Yusuf menghaturkan sepotong pakaian yang masih bagus untuknya, namun tidak berkenan menerimanya dan malah ujarnya Untukmulah harta dunia, dan untukku harta akherat saja. "Yang demikian itu sekalipun menerima hadiah sendiri hukumnya sunnah, barangkali memandangnya dapat mencemarkan dirinya. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda "Orang yang mencemarkan dirinya sendiri, tidaklah termasuk ke dalam golongan kaum muslimin." Suatu hikayat, bahwa fakrul Islam Al-Arsyabandiy makan kulit-kulit semangka yang dibuang orang, dimana ia kumpulkan sendiri dari tempat-tempat yang sepi. Pada suatu ketika ada seorang jariyah yang mengetahuinya, lalu melaporkan hal itu kepada tuannya. Maka setelah disediakan jamuan makan, Fakhrul Islam pun dimohon kehadirannya. Namun demi menjaga dirinya agar tidak tercemar, beliau tidak berkenan menghadiri jamuan ungkapan terimakasih atas perasaan damai, bahagia, aman, dan lain sebagainya. Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim terdapat sebuah ungkapan "Demikianlah, pelajar harus menyatakan syukurnya dengan lisan, hati, badan dan juga hartanya. Memohon hidayahnya dengan berdo'a dan meronta, karena hanya Dialah yang memberikan hidayah kepada siapa saja yang Haq yaitu Ahli Sunah Wal Jama'ah selalu mencari kebenaran dari Allah yang maha benar, petunjuk, penerang yang memelihara, Maka Allah pun menganugerahi mereka hidayah dan membimbing dari jalan yang sesat. Lain halnya dengan ahli sesat, dimana ia membanggakan pendapat dan akal sendiri, mereka mencari kebenaran berdasar akal semata, yaitu suatu makhluk yang Saw bersabda "Barangsiapa mengetahui dirinya sendiri, maka dia mengetahui Tuhannya. "Artinya, siapa tahu kelemahan dirinya, maka akan tahulah kebesaran kekuasaan Allah. Karena orang itu jangan berpegang dengan diri dan akal sendiri, tapi haruslah bertawakal kepada Allah, dan kepadaNya pula ia mencari kebenaran. Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka akan dicukupinya dan di bimbing ke jalan yang lurus." dan Tama'Loba dan Tama' atau rakus sangat terkait dengan kesukaan orang terhadap harta. Kesukaan harta telah merancang orang menjadi sibuk tidak ada habisnya memburu dan menimbun harta, sehingga yang ada dalam benaknya hanyalah harta. Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim terdapat sebuah ungkapan "Demikianlah, sehingga para pelajar jangan sampai tama' mengharapkan harta orang lain. Ia hendaknya memiliki Himmah yang luhur. Nabi saw bersabda "Hindarilah tama' karena dengan tama' berarti kemiskinan telah menjadi". Tapi tuan juga jangan kikir, sukalah membelanjakan hartanya untuk keperluan diri sendiri dan kepentingan orang lain." Ta'alaArti dari Lillahi Ta'ala adalah karena Allah Ta'ala disebut juga dengan ikhlas yaitu melakukan segala sesuatu hanya karena mengharapkan ridho siapa takut kepada makhluk lalu mendurhakai Allah, maka telah takut kepada selain Allah. tetapi sebaliknya jika ia telah takut kepada makhluk tetapi telah taat kepada Allah dan berjalan pada batas syareat, maka tidak akan bisa dianggap takut kepada selain Allah. Ia masih dinilai takut kepada Allah. Begitu pula dalam masalah harapan kemampuan diriKemampuan diri atau potensi diri yang dimiliki seseorang yang belum tercapai atau telah tercapai, namun belum terlihat secara maksimal Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim terdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Hendaknya yang lebih efisien dan efektif untuk menghafalkan pelajaran menghafalMetode menghafal adalah suatu cara yang dipakai oleh para guru dengan mengajak para siswanya akan menghafalkan suatu kata atau Kitab Ta'lim Muta'allim terdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Hendaknya yang lebih efisien dan efektif untuk menghafalkan pelajaran 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Dalamkitab Ta'lim Muta'allim karya Imam al-Janurzi, terdapat beberapa metodologi belajar dan tata tertibnya, sebagai berikut: 1.Memilih waktu belajar. Terdapat sebuah ungkapan yang berbunyi "Guru kita Syaikhul Islam Burhanuddin waktu tepat memulai belajar hari rabu. Dalam hal ini beliau telah meriwayatkan sebuah hadist sebagai dasarnya, dan
Mengenal Kitab Ta’lim Al-Muta’alimPndok Pesantren adalah sarana para pelajar khususnya santri untuk menimba ilmu pengetahuan secara ini terlihat dari padatnya jadwal pengajian serta banyak ragam kitab yang dipelajari. Namun, dalam tradisi pensantren, ada yang lebih penting dari ilmu pengetahuan, yaitu adab atau etika. Termasuk adab dalam mencari para santri, akhlak etika atau adab lebih tinggi derajatnya daripada ilmu. Setidaknya sopan santun lebih berharga daripada banyaknya ilmu. Hal ini serupa dengan yang ddisampaikan oleh Imam Ibnu al-Mubarakنَحْـنُ إِلَى قَلِيْــلٍ مِــنَ اْلأَدبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلى كَثِيْرٍ مِنَ اْلعلْمِ“Kita lebih membutuhkan adab walaupun sedikit dibanding ilmu walaupun banyak” Syekh Syatha Dimyathi al-Bakri, Kifâyah al-Atqiyâ wa Minhâj al-AshfiyâDalam menggembleng akhlak para santri, pondok pesantren memasukkan pelajaran tentang adab dan tata cara menuntut ilmu ke dalam ini agar para santri memahami akhlak yang baik dan tata cara menuntut ilmu yang benar supaya tercapai yaitu mendapat ilmu yang manfaat dan mengenal kitab ta’lim ini ada banyak sekali beragam kitab yang ddigunakan dalam pembelajaran akhlak pada pondok pesantren, antara lain al-Akhlâq lil Banîn karya Syaikh Umar bin Ahmad Baraja, Adabul Alim wal Mutaallim karya Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, Bidâyatul Hidayah karya Imam al-Ghazali, dan yang sangat masyhur setiap pondok pesantren yaitu kitab Ta’lim al-Muta’allim Thariq at-Ta’allum karya Imam Juga Artikel Kami Tentang 8 Kitab Dasar Yang Banyak Dikaji di PesantrenTentang Penyusun KitabKitab Ta’limul Muta’alim merupakan salah satu kitab yang membahas tuntunan belajar. untuk mengenal kitab ta’lim ini kurang rasanya kalau belum mengenal siapa penyusunya,Nama lengkap penyusunnya adalah Syekh Burhanyddin Al- Azarnuji al-Hanafi. Kata Al-Azarnuji dinisbatkan kepada salah satu kota terkenal dekat sungai Oxus, penisbatannya kepada al-Hanafi ujung namanya dapat kita ketahui bahwa beliau bermazhab Hanafi. Mengenai tahun kelahirannya para ulama tarikh masih berbeda pendapat, begitupun dengan tahun menyebutkan Imam al-Zarnûji wafat pada 591 H, namun ada juga yang menyebutkan wafat pada 640 H Syekh Al- Azarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim Thariqu Ta’alum.Imam Al-Zarnuji berguru kepada beberapa ulama besar pada masanya, antara lain adalah Ruknul Islam Muhammad bin Abi Bakr 573 H, Hammad bin Ibrahim,Fakhruddin Al-Kasyani, Fakhruddin Qadhi Khan Al-Awz Jundi, dan Ruknuddin Al-Farghani. Para alim ulama tersebut adalah ahli fiqih sekaligus hal inilah yang menyebabkan banyaknya nasihat yang dikutip oleh Imam al-Zarnuji berasal dari ulama Hanafiyah, dan banyaknya syair dalam kitab Belakang Peyusunan KitabLatar belakan penyusunan kitab ini Sebagaimana yang beliau tuliskan dalam kitabوبعد…فلما رأيت كثيرا من طلاب العلم فى زماننا يجدون إلى العلم ولايصلون [ومن منافعه وثمراته ـ وهى العمل به والنشر ـ يحرمون] لما أنهم أخطأوا طريقه وتركوا شرائطه، وكل من أخطأ الطريق ضل، ولاينال المقصود قل أو جل، فأردت وأحببت أن أبين لهم طريق التعلم على ما رأيت فى الكتب وسمعت من أساتيذى أولى العلم والحكم، رجاء الدعاء لى من الراغبين فيه، المخلصين، بالفوز والخلاص فى يوم الدين، بعد ما استخرت الله تعالى فيه،Kalau saya memperhatikan para pelajar santri, sebenarnya mereka telah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, tapi banyak dari mereka tidak mendapat manfaat dari ilmunya, yakni berupa pengalaman dari ilmu tersebut dan itu terjadi karena cara mereka menuntut ilmu salah, dan syarat-syaratnya mereka tinggalkan. karena, barangsiapa salah jalan, tentu tersesat tidak dapat mencapai karena itu saya ingin menjelaskan kepada santri cara mencari ilmu, menurut kitab-kitab yang saya baca dan menurut nasihat para guru saya yang ahli ilmu dan harapan semoga orang-orang yang tulus ikhlas mendo’akan saya sehingga saya mendapatkan keuntungan dan keselamatan di akherat. Begitu do’a saya dalam istikharah ketika akan menulis kitab Juga Artikel Kami Tentang Kitab Kuning dan Perannya di Dunia PesantrenFasal Dalam Kitab Ta’limul Muta’alimUntuk lebih mengenal kitab ta’lim ini Syekh Al-Zarnuji menjelaskan metode belajar dalam kitabnya ada 13 pasal yaitu 1. Hakekat ilmu, hukum mencari ilmu, dan keutamaannyaDalam pasal ini Imam al- Zarnuji membicarakan Mengenai kewajiban menuntut ilmu, serta tidak seluruh ilmu wajib yang harus untuk mereka merupakan Ilmul perihal, semacam ilmu iman, ilmu shalat, zakat, serta itu beliau mengatakan keutamaan- keutamaan menuntut ilmu, di antara lain analogi Imam al- Zarnuji hendak keutamaan Nabi Adam AS dibandingkan para malaikat merupakan sebab ilmu yang al- Zarnuji pula menarangkan kalau hukum menuntut ilmu terdapat fardlu ain, salah satunya merupakan ilmu wudhu serta fardlu kifayah, semacam ilmu metode menguburkan haram, semacam menekuni ilmu ramalan bersumber pada jawâz boleh, semacam menekuni ilmu Niat dalam mencari ilmuImam Zarnuji mengatakan, kalau seseorang pelajar wajib mempunyai niat ketika menuntut ilmu. Sebagai landasan ialah sabda Nabi tentang niat,“ innamal a’ mâlu binniyyat”,”Sesungguhnya amal seorang bergantung pada niatnya.” Terdapat sebagian niat yang diajarkan Imam al- Zarnuji kala menuntut mencari ridha Allah menghilangkan kebodohan sendiri serta orang menghidupkan agama serta mendirikan mensyukuri nikmat ide serta kesehatan tubuh. Dalam pasal ini Imam al- Zarnuji pula berikan peringatan biar seseorang pelajar tidak mencari dengan iktikad mencari pengaruh biar orang- orang berpaling juga mencari peran dari penguasa, kecuai bila ilmu tersebut untuk menyeru pada kebaikan serta mecegah kemungkaran pada Cara memilih ilmu, guru, teman, dan ketekunanDalam pasal ini Imam al- Zarnuji berikan anjuran untuk para pelajar untuk memilah ilmu, guru, serta untuk seseorang pelajar mendahulukan ilmu yang dibutuhkannya pada saat ini dalam urusan agama ilmul hal, baru setelah itu menekuni ilmu yang bermanfaat menurutnya pada masa yang akan Imam Zarnuji menganjurkan supaya mencari guru yang lebih pandai serta lebih sepuh darinya, serta memilah sahabat yang tekun, wara’, baik tabiatnya, serta Cara menghormati ilmu dan guruImam al-Zarnuji menjelaskan bahwa seorang pelajar santri tidak akan mendapat ilmu melainkan ia menghormati ilmu dan pemiliknya, yaitu menyebut adab apa saja yang harus seorang pelajar taati, antaralain ialah tidak duduk di tempat duduk gurunya, tidak memulai percakapan dengan guru kecuali atas izinnya, tidak banyak berbicara dsisi gurunya, dan Kesungguhan dalam mencari ilmu, beristiqamah dan cita-cita yang luhurSungguh-sungguh, tekun, dan semangat Imam Al-Zarnuji memandang ilmu adalah sebagai tujuan yang agung, ia harus mencapai dengan kesungguhan, ketekunan dan semangat yang tidak bergantung pada pelajar saja, namun guru dan orangtua pun harus bersungguh menyiapkan pendidikan banyak memberi saran agar ilmu itu kuat melekat pada seorang pelajar. Antaralain dengan mengulang pelajaran pada setiap permulaan dan akhir Ukuran dan urutannyaimam Al-Zarnuji banyak menyinggung soal urutan tingkat pelajaran yang mesti diajarkan guru kepada murid, dari dasar hingga kemudian kepada tingkat yang lebih itu, Imam al-Zarnuji juga menyatakan bahwa merupakan suatu keharusan bagi pelajar untuk saling menggelar kegiatan seperti mudzakarah, munadharah, dan Al-Zarnuji mengingatkan kepada pelajar untuk senantiasa bersyukur atas karunia Allah SWT yang dianugerahkan kepada mereka berupa kemampuan untuk menuntut TawakalTentunya setelah usaha-usaha, seorag pelajar harus berserah kepada Allah SWT. Imam Al-Zarnuji menyarankan para pelajar untuk tidak perlu merasa sulit dan menyibukkan hati dalam masalah ini senada dengan hadis Nabi SAW, “Barangsiapa yang mencari ilmu, maka Allah SWT akan menjamin rezekinya.”8. Waktu belajar ilmuMasa Produktif mencari ilmu adalah seumur hidup, sejak dilahirkan hingga masuk ke liang lahat. Menurut Imam Al-Zarnuji, waktu terbaik untuk mencari ilmu ialah pada saat masih muda. Jika seorang pelajar merasa jenuh terhadap satu disiplin ilmu, ia dapat beralih pada disiplin ilmu yang Saling mengasihi dan saling menasehatiIlmu dan akhlak adalah dua hal yang tidak dapat ddipisahkan, Seorang pelajar hendaknya memiliki rasa kasih sayang, bersedia memberi nasihat dan tidak iri pelajar juga seharusnya menghindari permusuhan dengan orang lain, karena dapat menyia-nyiakan waktu. Beliau juga menyarankan agar mereka selalu berfikir positif, tidak berburuk sangka kepada orang Mencari tambahan ilmu pengetahuanImam Al-Zarnuji memakai metode praktis untuk menambah pengetahuan setiap hari. Antaralain ialah dengan mempersiapkan alat tulis setiap saat, tidak menyia-nyiakan waktu, bergaul dengan guru dan tamak kepada ilmu, fokus ketika saat pelajaran, dan taat kepada pasal ini memberi kepada para pelajar untuk menjauhi rasa kenyang, banyak tidur, banyak membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat, menghindari makanan dari pasar bila memungkinkan, menggunjing, bergaul dengan orang yang jelek hendaknya mereka bergaul bersama orang-orang sholeh, duduk menghadap kiblat, mengamalkan sunnah -sunnah Rasul, dan memperbanyak Hal-hal yang dapat menguatkan hapalan dan yang melemahkannyaMenghafal termasuk ke dalam metode belajar dalam berbagai lembaga pendidikan. Imam Al-Zarnuji menyebutkan bahwa hal yang banyak membantu hafalan adalah kesungguhan, tekun, sedikit makan, dan shalat pada sepertiga malam hari, membaca Al-Qur’ hal-hal yang dapat menyebabkan lupa antaralain adalah banyak berbuat maksiat, banyak melakukan dosa, gelisah, khawatir, dan sibuk dengan urusan Hal-hal yang mempermudah datangnya rijki, hal-hal yang dapat memperpanjang, dan mengurangi pasal ini Imam Al-Zarnuji mengingatkan bahwa seorang pelajar harus mengetahui apa saja yang menambah rezeki dan apa saja yang menambah panjang usia dan masa belajarnya dapat terselesaikan dengan baik Imam Al-Zarnuji mengatakan bahwa perbuatan dosa dan dusta dapat menjadi penghalang datangnya itu, Beliau juga menyatakan bahwa tidur pada waktu Subuh termasuk penghalang rezeki, banyak tidur menyebabkan fakir, termasuk fakir dalam bangun pada waktu pagi dapat mendatangkan segala kemudahan dan dapat mendatangkan Imam al- Zarnuji ini sudah banyak orang yang tahu baik di Timur ataupun di Barat. Banyak para ulama yang menyanjung kitab Ta’ lîm al- Muta’ allim, antaralain merupakan al- Allamah al- Kinawi a- berkata,“ Saya sudah membaca kitab ini berulang- ulang, ia merupakan kitab yang ringkas, mempunyai banyak khasiat, berharga serta berfaedah. Imam al- Zarnuji, Ta’ lîm al- Muta’ alim, Beirut halaman40Ta’ lîm al- Muta’ allim sangat sesuai sekali dipelajari oleh santri, apalagi orang yang baru mengenal kitab ta’lim ini mengapa demikian, bahasa dalam kitab ini cukup rumit untuk pelajar pendatang baru, terlebih syair- syair di santri baru hendak memakai kitab Taysirul Kholaq ataupun al- Akhlak lil banin saat sebelum menekuni kitab ini. ta'lim muta'alim Fasal 1 : Hakikat ilmu, hukum mencari ilmu, dan keutamaannya Muhammad bin Al-Hasan pernah ditanya mengapa beliau tidak menyusun kitab tentang zuhud, beliau menjawab, "aku telah mengarang sebuah kitab tentang jual beli." Maksud beliau adalah yang dikatakan zuhud ialah menjaga diri dari hal-hal yang subhat (tidak jelasCukup banyak kata mutiara dalam Kitab Ta'lim Muta'alim. Yang dimaksud kata mutiara di sini adalah dalam bentuk sya'ir yang biasa di nazhomkan dan pepatah para ulama. Mungkin Kami tidak bisa sekaligus menulisnya di sini, insya Allah bertahap saja ya. Seorang Muslim atau Muslimah tidaklah dituntut untuk mencari atau menguasai seluruh ilmu namun0% found this document useful 0 votes2K views20 pagesDescriptionsemoga bermanfaatCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views20 pagesRangkuman Ta'limul Muta'alimJump to Page You are on page 1of 20 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 18 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Pada kalimat ini menjelaskan ada 6 perkara yang harus dimiliki setiap insan dalam mencari ilmu. Agar lebih jelasnya lagi, yuk simak ulasan berikut. 1. Cerdas. Dalam hal mencari ilmu tidaklah mungkin kalian tak berpikir sama sekali. Karena itulah hal pertama yang menjadi kunci menuntut ilmu adalah kecerdasan. Download Ta’lim Muta’alim Kitab Ta’limul Muta’allim تعليم المتعلم merupakan salah satu kitab yang cukup populer di kalangan pesantren, bahkan menjadi kitab yang hampir dipastikan selalu menjadi kitab yang wajib ada dan wajib dikaji di pesantren. Selain karena bahasanya yang cukup ringan, kitab yang dikarang oleh Al-Imam Burhanuddin Az-Zarnuji atau lebih sering dikenal dengan sebutan Syekh Zarnuji ini penuh dengan nilai-nilai yang penuh hikmah bagi siapapun yang mempelajari kitab ini, khususnya bagi mereka yang sedang berada dalam fase thalabul ilmi atau mencari ilmu. Berikut ini 13 pasal atau bab yang terkandung dalam kitab Ta’lim Muta’allim Pertama, menerangkan hakikat ilmu, hukum mencari ilmu, dan keutamaannya. Kedua, niat dalam mencari ilmu. Ketiga, cara memilih ilmu, guru, teman, dan ketekunan. Keempat, cara menghormati ilmu dan guru. Kelima, kesungguhan dalam mencari ilmu, beristiqamah dan cita-cita yang luhur. Download Juga Download Kitab Ihya’ Ulumuddin Keenam, ukuran dan urutannya. Ketujuh, tawakal. Kedelapan, waktu belajar ilmu. Kesembilan, saling mengasihi dan saling menasehati. Kesepuluh, mencari tambahan ilmu pengetahuan. Kesebelas, bersikap wara’ ketika menuntut ilmu. Keduabelas, hal-hal yang dapat menguatkan hafalan dan yang melemahkannya. Ketigabelas, hal-hal yang mempermudah datangnya rezeki, hal-hal yang menghambat datangnya rezeki, Hal-hal yang dapat memperpanjang dan mengurangi umur. Judul Ta’limul Muta’alim Versi Arab Asli Sinopsis Kitab Yang Mempelajari Akhlak Menuntut Ilmu Penulis Burhan al-Islam al-Zarnuji Format File PDF Download Ta’limul Muta’alim Tentang Kitab Ta’lim Muta’alim Kitab Ta’limul Muta’allim merupakan salah satu kitab tentang pendidikan yang dikarang oleh seorang ulama bernama Syekh Burhanuddin al-Islam Al-Zarnuji, seorang ulama yang hidup di pertengahan masa Daulah Abbasyiyah. Secara historis, belum ada keterangan yang valid berkenaan kapan beliau dilahirkan, sementara untuk waktu wafatnya, para peneliti berbeda pendapat, ada yang mengatakan syekh al-Zarnuji wafat pada tahun 1195 M, dan ada yang mengatakan tahun 1243 M. Namun yang jelas, Imam al-Zarnuji hidup pada masa-masa keemasan Islam, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan di masanya, tidak sejalan dengan konidisi akhlak / etika peserta didik Tholibul Ilm, Murid, Siswa. Hal inilah, yang menjadi salah satu faktor utama, beliau menyusun sebuah kitab yang menjelaskan tentang etika-etika seorang murid, siswa, orang yang mencari ilmu, dengan nama Kitab Ta’limul Muta’allim. Demikianlah ulasan tentang Download Ta’lim Muta’alim Navigasi pos
Niat Belajar. Niat Baik dan Buruk. Kelezatan dan Hikmah Ilmu. Pantangan Ahli ilmu. Nasihat Khusus Buat pelajar (Santri) Kembali ke: Terjemah Kitab Ta'lim Muta'allim. فصل فى النية فى حال التعلم. ثم لابد له من النية فى زمان تعلم العلم، إذ النية هى الأصل فى جميع الأفعال
Pesantren merupakan sarana para pelajar menimba ilmu pengetahuan secara intensif. Hal ini tampak dari padatnya jadwal pengajian serta ragam kitab yang dipelajari. Namun, dalam tradisi pensantren, ada yang lebih urgen ketimbang ilmu pengetahuan, yakni adab atau etika. Termasuk etika dalam mencari ilmu itu sendiri. Bagi para santri, akhlak lebih tinggi derajatnya daripada ilmu. Sedikitnya sopan santun lebih berharga daripada banyaknya ilmu. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Imam Ibnu al-Mubarak نَحْـنُ إِلَى قَلِيْــلٍ مِــنَ اْلأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيْرٍ مِنَ اْلعِلْمِ “Kita lebih membutuhkan adab meskipun sedikit dibanding ilmu meskipun banyak” Syekh Syatha Dimyathi al-Bakri, Kifâyah al-Atqiyâ wa Minhâj al-Ashfiyâ, Dar el-Kutub al-Ilmiyah, h. 262. Dalam menggembleng akhlak santri, pesantren memasukkan pelajaran tentang etika dan tata cara menuntut ilmu ke dalam kurikulumnya. Hal ini dilakukan supaya para santri memahami akhlak yang terpuji dan tata cara menuntut ilmu yang benar, supaya ilmu mereka bermanfaat saat mengabdi di masyarakat. Ada beragam kitab yang digunakan dalam pembelajaran akhlak di pesantren. Beberapa yang bisa disebut antara lain al-Akhlâq lil Banîn karya Syekh Umar bin Ahmad Baraja, Adabul Âlim wal Mutaallim karya Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, Bidâyatul Hidâyah karya Imam al-Ghazali, dan yang sangat terkenal di setiap pesantren yaitu kitab Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum karya Imam al-Zarnûji. Kitab Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum merupakan salah satu kitab yang menghimpun tuntunan belajar. Nama lengkap penyusunnya adalah Burhânuddîn Ibrâhim al-Zarnûji al-Hanafi. Kata al-Zarnûj dinisbatkan kepada salah satu kota terkenal dekat sungai Oxus, Turki. Dari penisbatannya kepada al-Hanafi di ujung namanya dapat diketahui bahwa beliau bermazhab Hanafi. Mengenai tahun kelahirannya para ulama tarikh masih berbeda pendapat, begitupun dengan tahun wafatnya. Sebagian menyebutkan Imam al-Zarnûji wafat pada 591 H, namun ada juga yang menyebutkan wafat pada 640 H Imam al-Zarnûji, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum, Beirut al-Maktab al-Islami, cetakan pertama, 1981, halaman 18. Imam al-Zarnûji berguru kepada beberapa ulama besar pada masanya, di antaranya adalah Ruknul Islam Muhammad bin Abi Bakr 573 H, Hammad bin Ibrahim, Fakhruddin al-Kâsyâni, Fakhruddin Qâdhi Khan al-Awz Jundi, dan Ruknuddin al-Farghâni. Para ulama tersebut adalah ahli fiqih sekaligus sastra. Mungkin faktor inilah yang menyebabkan banyaknya nasihat yang dikutip oleh Imam al-Zarnûji berasal dari ulama Hanafiyah, dan banyaknya syair di dalam kitab ini. Latar belakang penulisan kitab ini adalah adalah sebagaimana yang beliau tuturkan sendiri dalam mukaddimah kitabnya فلما رأيت كثيرا من طلاب العلم فى زماننا يجدون إلى العلم ولايصلون ومن منافعه وثمراته ـ وهى العمل به والنشر ـ يحرمون لما أنهم أخطأوا طريقه وتركوا شرائطه، وكل من أخطأ الطريق ضل، ولاينال المقصود قل أو جل، فأردت وأحببت أن أبين لهم طريق التعلم على ما رأيت فى الكتب وسمعت من أساتيذى أولى العلم والحكم Tatkala aku melihat banyak dari para penuntut ilmu pada masa kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, namun tidak dapat mencapai hasilnya. Di antara manfaat dan buah ilmu adalah mengamalkan ilmu dan menyebarkannya. Mereka terhalang dari ilmu sebab kesalahan dalam metode mencari ilmu, dan mereka meninggalkan syarat-syaratnya. Sedangkan setiap orang yang salah jalan maka akan tersesat, dan tidak mendapat sesuatu yang ia inginkan sedikit ataupun banyak. Maka aku ingin menjelaskan kepada mereka tata cara belajar berdasarkan yang telah aku lihat dan dengar dari guru-guruku yang memiliki ilmu dan hikmah. Imam al-Zarnûji, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum,halaman 57 Imam al-Zarnuji menjelaskan metode belajar dalam kitabnya. Ada 13 pasal yang disebutkan olehnya dalam Ta’lîm al-Muta’allim, yaitu Hakikat ilmu dan keutamaannya Dalam pasal ini Imam al-Zarnuji membicarakan perihal kewajiban menuntut ilmu, dan tidak semua ilmu harus dipelajari. Karena yang wajib bagi mereka adalah Ilmul hâl, seperti ilmu iman, ilmu shalat, zakat, dan semacamnya. Setelah itu beliau menyebutkan keutamaan-keutamaan menuntut ilmu, di antaranya analogi Imam al-Zarnuji akan keutamaan Nabi Adam AS dibanding para malaikat adalah karena ilmu yang dimilikinya. Imam al-Zarnuji juga menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu ada 4. Pertama, fardluain, salah satunya adalah ilmu wudhu dan shalat. Kedua, fardlu kifayah, seperti ilmu cara menguburkan jenazah. Ketiga, haram, seperti mempelajari ilmu ramalan berdasarkan perbintangan. Keempat, jawâz boleh, seperti mempelajari ilmu kedokteran. Niat ketika belajar Imam Zarnuji menyebutkan, bahwa seorang pelajar harus memiliki niat saat menuntut ilmu. Landasan yang digunakan beliau yaitu sabda Nabi tentang niat, “innamal a’mâlu binniyyât”, “Sesungguhnya amal seseorang tergantung pada niatnya.” Ada beberapa niat yang dianjurkan Imam al-Zarnuji ketika menuntut ilmu. Pertama, mencari ridha Allah SWT. Kedua, menghilangkan kebodohan dirinya dan orang lain. Ketiga, menghidupkan agama dan mendirikan Islam. Keempat, mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan. Dalam pasal ini Imam al-Zarnuji juga memberi peringatan supaya seorang pelajar tidak mencari dengan maksud mencari pengaruh supaya orang-orang berpaling kepadanya, begitu juga mencari kedudukan di sisi penguasa, kecuai jika ilmu tersebut digunakan untuk menyeru kebaikan dan mecegah kemungkaran di tengah pemereintah. Memilih ilmu, guru, dan teman, serta keteguhan dalam menuntut ilmu Dalam pasal ini Imam al-Zarnuji memberi saran bagi para pelajar untuk memilih ilmu, guru, dan teman. Hendaknya bagi seorang pelajar mendahulukan ilmu yang dibutuhkannya sekarang dalam urusan agama ilmul hal, baru kemudian mempelajari ilmu yang berguna baginya pada masa yang akan datang. Dan Imam Zarnuji menyarankan agar mencari guru yang lebih pandai dan lebih sepuhdari dirinya, dan memilih teman yang tekun, wara’, baik tabiatnya, dan tanggap. Menghormati ilmu dan ahlinya Di sini Imam al-Zarnuji menjelaskan bahwa seorang pelajar tidak akan mendapat ilmu melainkan ia menghormati ilmu dan pemiliknya, yaitu gurunya. Beliau menyebut etika apa saja yang harus dilakukan seorang pelajar, di antaranya adalah tidak duduk di tempat duduk gurunya, tidak memulai percakapan dengan guru kecuali atas izinnya, tidak banyak berbicara di sisi gurunya, dan lain-lain. Sungguh-sungguh, tekun, dan semangat Imam al-Zarnuji memandang ilmu adalah tujuan yang agung, ia harus dicapai dengan kesungguhan, ketekunan dan semangat yang tinggi. Kesungguhan tidak hanya bergantung pada pelajar saja, namun guru dan orangtua pun harus bersungguh menyiapkan pendidikan anaknya. Beliau banyak memberi saran supaya ilmu itu kuat melekat pada diri seorang antaranya dengan mengulang pelajaran pada setiap permulaan dan akhir malam. Tahap awal, ukuran, dan urutannya Di sini imam al-Zarnuji banyak menyinggung soal urutan tingkat pelajaran yang mesti diajarkan guru kepada murid, dari dasar baru kemudian kepada tingkat yang lebih tinggiSelain itu, Imam al-Zarnuji juga menyatakan bahwa merupakan suatu keharusan bagi pelajar untuk saling menggelar kegiatan seperti mudzâkarah, munâdharah, dan almuthârahah. Imam al-Zarnuji juga mengingatkan kepada pelajar untuk senantiasa bersyukur atas karunia yang dianugerahkan kepada mereka berupa kemampuan untuk menuntut ilmu. Tawakal kepada Allah Tentunya setelah usaha-usaha diatas, seorag pelajar hars berserah diri kepada Allah SWT. Imam al-Zarnuji menganjurkan para pelajar untuk tidak perlu merasa sulit dan menyibukkan hati dalam masalah rezeki. Hal ini senada dengan hadis Nabi SAW, “Barangsiapa yang mencari ilmu, maka Allah SWT akan menjamin rezekinya.” Masa produktif Masa mencari ilmu ada seumur hidup, sejak dilahirkan hingga masuk ke liang lahat. Menurut Imam al-Zarnuji, waktu terbaik untuk mencari ilmu adalah saat masih muda. Jika seorang pelajar merasa jenuh terhadap satu disiplin ilmu, ia dapat beralih pada disiplin ilmu yang lain. Kasih sayang dan nasihat Ilmu dan akhlak adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Seorang pelajar hendaknya memiliki rasa kasih sayang, bersedia memberi nasihat dan tidak iri hati. Seorang pelajar juga seharusnya menghindari permusuhan dengan orang lain, karena dapat menyia-nyiakan waktu. Beliau juga menyarankan agar mereka selalu positif thinking, tidak berburu sangka kepada orang lain. Mengambil faedah pelajaran Imam al-Zarnuji meletakan metode praktis untuk menambah pengetahuan, di antaranya ialah dengan mempersiapkan alat tulis setiap saat, tidak menyia-nyiakan waktu, bergaul dengan guru dan tamak kepada ilmu, fokus ketika pelajaran, dan taat kepada seorang guru. Bersikap wara’ ketika belajar Imam al-Zarnuji dalam pasal ini memberi wejangan kepada para pelajar untuk menjauhi rasa kenyang, banyak tidur, banyak membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat, menghindari makanan dari pasar bila memungkinkan, menggunjing, bergaul dengan orang yang rusak akhlaknya. Dan hendaknya mereka bergaul bersama orang-orang sholeh, duduk menghadap kiblat, mengamalkan sunnah -sunnah Rasul, memperbanyak sholawat. Penyebab hafal dan lupa Menghafal termasuk ke dalam metode belajar di berbagai lembaga pendidikan. Imam Zarnuji menyebutkan bahwa hal yang banyak membantu hafalan ialah kesungguhan, tekun, sedikit makan, dan shalat di malam hari, membaca Al-Qur’an. Seadngkan hal-hal yang dapat menyebabkan lupa di antaranya adalah banyak berbuat maksiat, banyak melakukan dosa, gelisah, khawatir, dan sibuk dengan urusan dunia. Sesuatu yang mendatangkan dan menjauhkan rezeki, serta menambah dan memperpendek umur. Dalam pasal ini Imam al-Zarnuji mengingatkan bahwa seorang pelajar harus mengetahui apa saja yang menambah rezeki dan apa saja yang menambah panjang usia dan kesehatan, supayamasa belajarnya dapat diselesaikan dengan baik. Imam al-Zarnuji menyebutkan bahwa perbuatan dosa dan dusta dapat menjadi penghalang datangnya itu, Beliau juga menyatakan bahwa tidur pada waktu Subuh termasuk penghalang rezeki, banyak tidur menyebabkan fakir, termasuk fakir dalam ilmu. Sedangkan bangun di waktu pagi dapat mendatangkan segala kemudahan dan dapat mendatangkan rezeki. Dalam memperkuat pendapatnya, Imam al-Zarnuji terkadang menggunakan hadis dan syair-syair. Banyak sekali syair dalam kitab Ta’lîm al-Muta’allim, hingga ada yang menghimpunnya dalam kitab khusus, yaitu syair Alala. Salah satu bait yang terkenal dalam kitab ini adalah Syair Muhammad bin al-Hasan تعلم فإن العلم زين لأهله وفضل وعنوان لكل المحامد وكن مستفيدا كل يوم زيادة من العلم واسبح في بحور الفوئد Belajarlah, karena ilmu adalah perhiasan bagi pemiliknya, juga keutamaan dan tanda bagi setiap sesuatu yang dirimu dapat mengambil faedah dari ilmu setiap harinya, dan berenanglah engkau dalam lautan kemanfatan Imam al-Zarnuji, Ta’lîm al-Muta’alim, Beiruthalaman 61 Karya Imam al-Zarnuji ini telah dikenal banyak orang baik di Timur maupun di Barat. Banyak para ulama yang memuji kitab Ta’lîm al-Muta’allim, di antaraya adalah al-Allamah al-Kinawi a-Hindi. Beliau mengatakan, “Aku telah membaca kitab ini berulang-ulang, dia adalah kitab yang ringkas, memiliki banyak manfaat, berharga dan berfaedah. Imam al-Zarnuji, Ta’lîm al-Muta’alim, Beiruthalaman40 Ta’lîm al-Muta’allim sangat cocok sekali dipelajari oleh santri, kendati demikian, bahasa dalam kitab ini lumayan rumit bagi pelajar pemula, terlebih syair-syair di dalamnya. Terkadang santri baru akan menggunakan kitab Taysîr al-Khalâq atau al-Akhlâq lil Banîn sebelum mempelajari kitab ini. Amien Nurhakim, Mahasantri Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah KitabTa'lim Muta'allim ini memiliki 13 bab yang menerangkan mengenai metode belajar. Yang menarik dari buku terbitan Turos ini, setiap bab memiliki ringkasan dan dibubuhi dengan syair motivasi belajar Imam Syafi'i. Ta'lim Muta'allim ini sangat cocok dipelajari oleh para santri. Kendati demikian, bahasa kitab ini cukup rumit bagiThis study discusses the analysis of the book translation of the book Ta'lim Muta'allim published by al-Hidayah. The book is one of the santri moslem student reference books to support students' understanding of the pesantren Islamic boarding school curriculum which uses the yellow book in their learning. The yellow book uses Arabic, so the translation of the book becomes very important. The focus of this research lies in the pattern of translation errors and justification of translations in accordance with the rules of Arabic and Indonesian dealing with lexicon, syntax and semantics. This qualitative research method uses an applied linguistic approach that focuses on error analysis. The primary data source in this research is the book translation of Ta'lim Muta'allim published by al-Hidayah, while the secondary data used in the study is a documentation technique by studying books and literacy that discusses the technique of translating properly and correctly according to structural , semantic and precise in terms of terminology. The results showed, including Errors in the preparation of sentences in the target language, errors in the use of sentence effectiveness, errors in translating vocabulary, errors in aspects of omission or not translating aspects of vocabulary, phrases and sentences and errors in translating foreign terms. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 365 BUKU TERJEMAH KITAB TA’LIMU AL-MUTA’LIM; ANALISIS TEKS TERJEMAHAN ARAB-INDONESIA Umi Choirun Nisak UIN Sunan Ampel Surabaya Umichoirunnisakshohih Mirwan Akhmad Taufiq UIN Sunan Ampel Surabaya mirwan Abstract This study discusses the analysis of the book translation of the book Ta'lim Muta'allim published by al-Hidayah. The book is one of the santri moslem student reference books to support students' understanding of the pesantren Islamic boarding school curriculum which uses the yellow book in their learning. The yellow book uses Arabic, so the translation of the book becomes very important. The focus of this research lies in the pattern of translation errors and justification of translations in accordance with the rules of Arabic and Indonesian dealing with lexicon, syntax and semantics. This qualitative research method uses an applied linguistic approach that focuses on error analysis. The primary data source in this research is the book translation of Ta'lim Muta'allim published by al-Hidayah, while the secondary data used in the study is a documentation technique by studying books and literacy that discusses the technique of translating properly and correctly according to structural , semantic and precise in terms of terminology. The results showed, including Errors in the preparation of sentences in the target language, errors in the use of sentence effectiveness, errors in translating vocabulary, errors in aspects of omission or not translating aspects of vocabulary, phrases and sentences and errors in translating foreign terms. Keywords Error analysis, Book translation, Arabic-Indonesian translation. Abstrak Penelitian ini membahas analisis buku terjemahan kitab ta’lim muta’allim cetakan al-Hidayah. Buku tersebut adalah salah satu buku acuan santri sebagai penunjang pemahaman santri terhadap kurikulum pesantren yang banyak menggunakan kitab kuning dalam pembelajarannya. Kitab kuning itu menggunakan bahasa Arab, maka buku terjemah menjadi sangat penting fungsinya. Fokus penelitian ini terletak pada pola kesalahan terjemah dan pembenaran terjemah sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan Indonesia sesuai leksikon, sintaksis maupun semantiknya. Metode penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan linguistik terapan yang berfokus pada analisis kesalahan. Sumber data primer dalam penelitian adalah buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah, sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian merupakan teknik dokumentasi dengan mengkaji buku-buku dan literasi yang membahas tentang teknik menerjemah secara baik dan benar menurut struktural, semantis serta tepat dalam aspek peristilahan. Hasil penelitian LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 366 menunjukkan adanya kesalahan, antara lain Kesalahan penyusunan kalimat pada bahasa sasaran, kesalahan dalam penggunaan efektifitas kalimat, kesalahan penerjemahan kosakata, kesalahan pada aspek penghilangan atau tidak diterjemahkannya aspek kosakata, frasa dan kalimat serta kesalahan dalam menerjemahkan istilah asing. Kata kunci Analisis kesalahan, Buku terjemah, Terjemah Arab-Indonesia. Pendahuluan Tradisi keilmuan pesantren berbeda dengan tradisi keilmuan pada lembaga pendidikan Islam lain, seperti madrasah dan sekolah. Ciri utama pembeda pesantren dengan pendidikan Islam lain adalah kurikulum pembelajaran kitab-kitab klasik kitab kuning kepada para kitab kuning itu diterapkan sebagai rujukan utama dalam menggali keilmuan Islam dan bahasa Arab. Posisi buku terjemah sebagai penunjang itu dianggap penting untuk mempermudah dalam memahami pesan yang disampaikan oleh para musannifin penulis kitab. Maka, kejelian interpretasi pesan dalam setiap kalimat sangat penting pada efektifitas yang perlu dan mendesak dalam menerjemahkan bahasa sumber BSu ke bahasa sasaran BSa adalah pemilihan kata diksi, yakni mencari dan memilih kata, istilah atau ungkapan dalam Bsa yang tepat, cermat, dan selaras. Pikiran, gagasan dan pengalaman yang baik, namun tidak didukung dengan penggunaan kalimat yang efektif, maka pemaparan pesan dalam Bsu tidak akan bisa dipahami pembaca dengan baik. Hal yang perlu diperhatikan penerjemah adalah proses pemahaman makna sebuah teks, karena tanpa pemahaman makna yang tepat, jelas dan wajar dari Bsu, maka tidak akan memberikan pemahaman maksimal terhadap terjemah kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah terdiri dari tiga belas bab, runtut seperti kitab aslinya dan disertakan teks Arab asli redaksi kitab ta’lim al-muta’allim karya al-syaikh al-Zarnuji untuk mengantarkan pelajar memahami padanan kata, istilah atau ungkapan antara Bsu dan Bsa. Buku terjemah kitab ta’lim al-muta’allim yang dalam redaksi Indonesia berjudul “Pedoman Belajar Bagi Pelajar dan Santri” tersebut diterjemahkan oleh Noor Aufa Shiddiq al-Qudsy, disunting oleh H. Ainul Ghoerry Soechaimi dengan editor Prima Sahala Graphic Design Surabaya tanpa keterangan tahun dan nomor urutan cetak, kemudian diterbitkan oleh al-Hidayah Surabaya. Kholis Tohir, Kurikulum Dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi Di Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang Provinsi Banten’, Jurnal Analytica Islamica, 2017, p. 12. Rofiudin, Analisis Terhadap Terjemahan Buku Ta’limal Muta’alim Karya Syaikh Al-Zarnuzi, p. 2. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi Jakarta Akademika Pressindo, 2004, p. 25. Rofiudin, Analisis Terhadap Terjemahan ..., p. 2. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 367 Berdasarkan analisis awal terhadap buku terjemah kitab ta’lim muta’allim cetakan al-Hidayah, didapatkan metode terjemah kata demi kata secara harfiyah kata per kata dengan penggunaan tanda baca yang kurang tepat dalam penulisannya, misal pada teks yang diterjemah dengan redaksi “ketahuilah.. sesungguhnya orang Islam itu tidak wajib mengetahui semua ilmu secara wajib ain. Akan tetapi yang diwajibkan bagi orang Islam adalah mencari ilmu yang berhubungan dengan keperluan manusia dalam kehidupan”. Kata yang diterjemah mencari dan mengetahui kurang tepat dalam pemilihan kata diksi, karena kata yang disandingkan dengan kata menurut KBBI merupakan frasa yang berarti menuntut ilmu bukan mencari ilmu. Adapun mengenai penggunaan tanda baca pada kalimat “... secara wajib ain. Akan tetapi ...” termasuk kalimat majemuk setara yang menggunakan kata hubung tetapi. Penggunaan tanda titik . setelah kata “ain” tidak sesuai dengan kaidah penulisan yang seharusnya menggunakan tanda koma , sebagai penghubung kalimat setara pertama dengan kalimat setara buku terjemah kitab ta’lim muta’allim cetakan al-hidayah masih ditemukan kurang tepatnya diksi serta penulisan yang menyalahi kaidah-kaidah kebahasaindonesiaan dalam melakukan terjemah. Terkait dengan fungsi buku terjemah sebagai acuan penunjang pemahaman pelajar terhadap pesan yang disampaikan dalam kitab yang berbahasa Arab, maka seharusnya menghindari kesalahan penulisan dan kekurangtepatan diksi yang mungkin mengakibatkan kurang jelasnya pesan untuk dipaham ataupun kebingungan pelajar dalam memahami maksud penerjemah. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti memandang perlunya dilakukan kajian khusus terkait analisis buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah itu. Latar belakang masalah tersebut mengarahkan peneliti untuk melakukan penelitian yang bertitik pada permasalahan ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan yang terdapat dalam buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah. Adapun masalah pokok yang akan dikaji yaitu 1 Bagaimana bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan yang terdapat dalam buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-hidayah? 2 Bagaimana upaya pembenaran tashwib terhadap bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan yang terdapat dalam buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah? Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 4th edn Jakarta Balai Pustaka, 2007, p. 148. Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia Bandung Angkasa, 1984, p. 23. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 368 Penelitian bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan yang terdapat dalam buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah serta melakukan upaya pembenaran tashwib terhadap bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan yang terdapat dalam buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah tersebut. Penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam upaya pembenaran tashwib terhadap bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan itu, juga diharapkan dapat diterima oleh seluruh pelajar yang mempelajari buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah sebagai penunjang untuk memahami pesan kitab ta’lim al-muta’allim karya al-Zarnuji. Adanya manfaat praktis tersebut, diharapkan juga bagi penerbit al-Hidayah untuk kedepannya agar merevisi buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim tersebut, sehingga diksi dan penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah penerjemahan dan penulisan kebahasaindonesiaan yang baik dan benar. Berdasarkan pemaparan tersebut, ditemukan beberapa penelitian dengan tema serupa dan bahasan yang relevan dengan tema penelitian ini; Lalah Alawiyah melaporkan penelitian berjudul Analisis Terjemahan Teks Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab. Penelitian tersebut membahas tentang strategi penerjemahan teks akademik bahasa Indonesia ke bahasa Arab dalam aspek struktural, semantis dan ketepatannya dalam aspek lain berjudul Analisa Kesalahan dalam Penerjemahan Kitab al-Balaghah al-Wadihah, Karya Ali al-Jarim dan Mustafa Amin. Maka, fokus penelitian ini adalah analisis penelitian tersebut memiliki kesamaan tema yaitu analisis penerjemahan tapi berbeda pada objek yang diteliti. Objek penelitian pertama adalah teks akademik mahasiswa dan objek penelitian kedua adalah kitab al-Balaghah al-Wadihah karya Ali al-Jarim dan Mustafa Amin, sedangkan penelitian yang akan penulis teliti merupakan penelitian pada buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-hidayah. Kitab ini juga sudah diteliti oleh beberapa akademisi dari sudut pandang berbeda. Zamhari mengaitkan kitab ini N. Lalah Alawiyah, Ahmad Royani, and Mukhshon Nawawi, ANALISIS TERJEMAHAN TEKS AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB’, Arabiyat Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban, 2016, p. 1 . Faiq Ainurrafiq, ANALISA KESALAHAN DALAM PENERJEMAHAN KITAB AL-BALAGAH AL-WADIHAH KARYA ALI AL-JARIM DAN MUSTAFA AMIN’, Cendekia Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 2015, p. 35 . LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 369 dengan pendidikan pembentukan karekter. Muzammil membahas kitab ini sebagai peran pengembangan kurikulum Penelitian Penelitian buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah berupa penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan linguistik terapan dan berfokus pada analisis bentuk-bentuk ketidaktepatan diksi dan kesalahan penulisan. Sumber data primer dalam penelitian adalah buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah, sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian merupakan teknik dokumentasi dengan mengkaji buku-buku dan literasi yang membahas tentang teknik menerjemah secara baik dan benar menurut struktural, semantis serta tepat dalam aspek peristilahan. Artinya penelitian dilakukan dengan pengumpulan data-data kepustakaan berdasarkan teknik dokumentasi. Metode analisis data pada penelitian termasuk metode analisis isi content analysis, yakni metode penelitian yang menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks. Analisis Terjemahan Menerjemah adalah proses pengalihan pesan yang tertulis dalam redaksi bahasa sumber ke dalam redaksi bahasa sasaran atau bahasa target. Proses pengalihan pesan dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan memilih padanan fungsi maupun kategori sintaksis yang sesuai dengan bahasa sasaran. Moeliono berpendapat bahwa fungsi sintaksis mengacu pada tugas dari sebuah unsur kalimat, karena tugas sebuah unsur dari kalimat berkaitan dengan fungsional antar komponen dalam sebuah klausa. Fungsi sintaksis mencakup subjek, predikat, objek dan pelengkap, sedangkan terkait kategori sintaksis meliputi nomina, adjektiva, verba, pronominal, numeralia dan kata sarana. Penerjemah yang tidak memperhatikan proses penerjemahan dengan baik dan benar akan menyebabkan munculnya problematika penerjemahan. Benny Hoed menegaskan bahwa problem pokok penerjemahan ialah sulitnya menemukan padanan. Kalaupun padanan telah ditemukan, setiap unsur bahasa yang dipadankan masih bisa dan mungkin untuk terwujud dalam berbagai bentuk penafsiran. Nida berpendapat bahwa terdapat dua jenis padanan dalam penerjemahan, yaitu padanan formal dan Muhammad Zamhari and Ulfa Masamah, RELEVANSI METODE PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB TA’LIM AL-MUTA’ALLIM TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN MODERN’, Edukasia Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 2017 . Muzammil, PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Telaah Relevansi Konsep Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim’, Ta`Limuna Jurnal Pendidikan Islam, 2012 . M Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia Bandung Remaja Rosda Karya, 2011, p. 29. Benny Hoed, “Penelitian di Bidang Penerjemahan”, Makalah Lokakarya Penelitian PPM STBA LIA, 2003,. p. 2. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 370 padanan dinamis. Padanan formal berfokus pada pesan, baik yang terkait dengan bentuk maupun isi, sedangkan padanan dinamis padanan fungsional merupakan bentuk kesepadanan efek, yakni hubungan antara bahasa penerima dan pesannya secara subtansial harus sama dengan bahasa sumber beserta pesannya. Padanan atau ekuivalen adalah makna yang sangat berdekatan. Kemudian disusul pernyataan untuk menguatkan oleh Kridalaksana bahwa penerjemahan adalah pengalihan amanat antar budaya dan/atau antar bahasa dalam tataran gramatikal dan leksikal dengan maksud, bentuk atau efek yang seoptimal mungkin untuk dipertahankan. Benar adanya jika dikatakan bahwa masalah utama dalam penerjemahan adalah sulitnya menemukan padanan leksikal, gramatikal dan kultural antara dua bahasa. Walaupun padanan telah ditemukan, namun masih ada kemungkinan bahwa setiap unsur bahasa yang dipadankan dapat ditafsirkan ke berbagai bentuk lagi. Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka proses menerjemahkan berarti; 1 Mengkaji leksikon, struktur gramatika, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber; 2 Menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya; 3 Mengungkapkan kembali makna yang sepadan dengan menggunakan leksikon, struktur gramatika dan konteks budaya dalam bahasa padanan dalam penerjemahan meliputi; kata, struktur kalimat, istilah, tata bahasa dan kiasan. Adapun Baker membedakan lima tipe padanan, yaitu padanan pada tataran kata, padanan di atas tataran kata, padanan gramatikal, padanan tekstual dan padanan pragmatik. Pakar lain, Popovic membedakan empat tipe padanan, yaitu padanan linguistik, padanan paradigmatik, padanan stilistik dan padanan tekstual sintagmatik.Ahmad Izzan menyebutkan lima permasalahan linguistik yang dihadapi penerjemah ketika melakukan penerjemahan guna mendapatkan padanan yang sesuai, yaitu a Kosakata al-Mufradat Kesulitan kosakata tidak jarang karena pengetahuan tentang bahasa yang sangat terbatas atau kata-kata yang mengandung pengertian yang belum pernah diketahui Eugine A and Taber Nida, The Theory and Practice of Translation Leiden E. J. Brill, 1982, p. 47. Benny Hoed, “Penelitian di Bidang Penerjemahan..., hal 31 Benny Hoed, “Penelitian di Bidang Penerjemahan..., hal 32 Nur Rahman Hanafi, Teori Dan Seni Menerjemahkan Flores Nusa Indah, 1986, pp. 35–39. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2003, p. 94. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 371 sebelumnya. Terkait masalah tersebut dapat diatasi dengan menyediakan kamus-kamus standar yang berisi kosakata lengkap dan baku. b Tata Kalimat al-Qawaid Tidak sedikit ditemukan penerjemah yang merasa masih bingung sekalipun telah cukup penguasaannya dalam teori-teori al-qawaid. Misal dalam menentukan fa’il, fi’il dan maf’ul secara kompleks dalam kalimat major jumlah al-kubra yang tersusun atas beberapa kalimat. Kesulitan tersebut bisa diatasi dengan kontinuitas dalam usaha menguasai al-qawaid sharf, nahw dan balaghah baik secara teoretis maupun praktis. c Masalah Susunan Kalimat al-Tarkib Penerjemah tidak dapat menerjemahkan secara urut kata demi kata dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia begitu saja, tetapi harus meletakkan kata-kata dalam kerangka konteks keseluruhan unit terkait susunan kata-kata bahasa Arab yang berbeda dengan susunan kata-kata dalam bahasa Indonesia, bahkan kadang berbalikan dengan susunan kata bahasa Indonesia. Masalah tersebut dapat diatasi dengan berusaha mengetahui susunan kalimat bahasa Arab sebagai hal-hal yang kompleks karena tidak ada persamaan dengan susunan dalam bahasa Indonesia. d Transliterasi Kesulitan transliterasi, terutama berkenaan dengan nama orang dan kota. Kesulitan tersebut bisa diatasi dengan berusaha secara intensif untuk menguasai dua bahasa, yakni bahasa sumber dan bahasa sasaran. Hingga sekarang masih sulit ditemukan referensi-referensi khusus yang membahas pola-pola baku transliterasi dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia ataupun sebaliknya, maka hal tersebut yang menyebabkan sulitnya penerjemahan pemula ketika hendak menerjemah kata-kata asing yang telah terbentuk dalam redaksi bahasa arab atau bahasa Indonesia. e Perkembangan Bahasa Perkembangan ilmu dan sains adalah penentu berkembangnya bahasa, seperti tentang kata, istilah atau ungkapan yang sebelumnya tidak ada dalam bahasa Arab. Kesenjangan tersebut dapat diatasi dengan mencari dan mengikuti perkembangan bahasa, terutama mengenai istilah-istilah yang sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. Penerjemah sebagai seorang dwibahasawan atau multibahasawan mungkin untuk mengasosiasikan dan mengidentifikasikan bahasa sumber dengan bahasa penerima sehingga timbullah gejala interferensi, baik dalam aspek bunyi, struktur maupun leksikon. Gejala tersebut menimbulkan struktur kalimat yang tidak gramatis, kesalahan pemakaian tanda baca dan pemakaian bentuk kata yang kurang tepat. Hal tersebut menyebabkan kesalahan pembaca dalam memahami terjemahan. Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Bandung Humaniora, 2007, p. 216. Izzan, p. 150. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 372 Minimnya gramatikal pada hasil terjemahan yang disebabkan karena interferensi secara terperinci tampak dalam kategori berikut 1 terjemahan yang tidak gramatis karena kesalahan urutan kata atau kelompok kata dalam kalimat, klausa atau frasa. 2 terjemahan yang tidak gramatis karena mengandung unsur yang tidak diperlukan. 3 terjemahan yang tidak gramatis karena kerumitan struktur nash sumber. 4 terjemahan yang tidak gramatis karena adanya ungkapan yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia. 5 terjemahan yang menimbulkan salah faham. 6 terjemahan yang tidak gramatis karena kesalahan bentuk kata. Khairon Nahdiyin mengklasifikasi kategori kesalahan dalam penerjemahan sebagai berikut 1 kesalahan pada aspek penerjemahan kosakata. 2 kesalahan pada aspek gramatika. 3 kesalahan pada aspek idiomatik. 4 kesalahan pada aspek ekspresional. 5 kesalahan pada aspek aspek penghilangan Penelitian dan Pembahasan Buku Terjemahan Kitab Ta’lim Muta’allim Cetakan Al-Hidayah Buku terjemahan kitab Ta’lim Muta’allim cetakan al-Hidayah merupakan salah satu buku acuan santri untuk membantu pemahaman terhadap kurikulum pesantren yang banyak menggunakan kitab kuning berbahasa Arab dalam pembelajaran. Berdasarkan judul buku, maka pembahasan dan kajian yang tersaji di dalamnya juga sama persis terkait susunan bab serta syair-syair yang disertakan sebagai pengukuh pernyataan-pernyataan. Buku tersebut memuat tiga belas bab, yaitu ilmu dan fiqih; niat ketika akan belajar; memilih ilmu, guru dan teman; memuliakan ilmu beserta ahlinya; kesungguhan, ketetapan dan cita-cita yang tinggi; permulaan, ukuran dan tertib dalam belajar; tawakal; waktu menghasilkan ilmu; belas kasih dan nasihat; mencari faedah; wira’i menjaga diri dari perkara haram ketika mencari ilmu; sesuatu yang dapat menjadikan hafal dan lupa; sesuatu yang memudahkan dan menyempitkan rezeki, memperpanjang dan mengurangi umur. Buku terjemah cetakan al-Hidayah tersebut ditulis oleh Noor Aufa Shiddiq Al-Qudsy berdasarkan hasil terjemahannya terhadap kitab Ta’lim Muta’allim karya Syaikh Burhan al-Islam al-Zarnuji, disunting oleh H. Ainul Ghoerry Soechaimi dengan setting Prima Sahala Graphic Design Surabaya yang kemudian dicetak oleh al-Hidayah dengan ukuran sampul 20,5cm x 14cm diberi judul “Pedoman Belajar Bagi Pelajar dan Santri” tanpa menyebutkan tahun. Sampul buku terjemah kitab itu bagian depan berwarna putih dan abu-abu, bagian atas tertulis nama pengarang kitab Syaikh al-Zarnuji disusul tulisan “tarjamah ta’lim al-muta’allim” berbahasa arab, kemudian terdapat judul buku serta bagian paling bawah diisi dengan nama penerbit al-Hidayah; penerbit buku berkualitas Surabaya. Pada sampul bagian dalam tertulis nama pengarang kitab, judul buku, nama penerjemah Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia Teori Dan Praktek Bandung Humaniora, 2005, p. 151. Khairon Nahdiyin, Sejumlah Kesalahan Dalam Menerjemah’, Adabiyyat, 2006, p. 197. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 373 dan nama penerbit. Adapun sampul belakang full berwarna coklat tanpa ada keterangan Kesalahan dan Pembenarannya Bentuk pertama; Mencari ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan Mencari ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan. Pada kaidah umum menerjemah bahasa Arab ke bahasa Indonesia dijelaskan bahwa penerjemah harus mengikuti pola yang berlaku dalam bahasa Indonesia BSa bukan terpaku pada pola bahasa Arab bahasa sumber. Terdapat beberapa macam pola penyusunan kalimat dalam bahasa Indonesia, yaitu 1 Pola subjek dan predikat SP, 2 Pola subjek, predikat dan objek SPO, 3 Pola subjek, predikat, objek dan pelengkap SPOPel, 4 Pola subjek, predikat, objek dan keterangan SPOK. Pada terjemahan di atas, penerjemah menggunakan pola kedua, SPO dalam bentuk pasif, OPS. Maka, terjemah itu berbunyi dalam bahasa Indonesia, “Mencari ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Padahal, jika diamati dengan seksama, pola Bsu itu bisa diterjemahkan kepada Bsa dengan bentuk pertama, SP. Maka, terjemah itu akan berbunyi “Mencari ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”, cukup dengan pola Subjek dan Predikat. Sebab kata Fari>dhah itu kata sifat, bukan kata kerja pasif. Dapat disimpulkan, bahwa ketidaktepatan dalam pemilihan kata yang diterjemahkan itu dapat berdampak pada pemahaman pembaca yang berbeda, sebab kata “wajib” dan “diwajibkan” tentu berbeda dalam memahaminya. Pertama, kata wajib tidak terkait dengan waktu tertentu. Namun kata kedua itu terkait dengan waktu kapan itu diwajibkan. Bentuk kedua; Selanjutnya, bagi pelajar hendaknya meletakkan niat selama dalam Kemudian, pelajar harus memiliki menata niat selama Noor Aufa Shiddiq Al-Qudsy, Pedoman Belajar Pelajar Dan Santri Terjemah Kitab Al-Ta’lim Al-Muta’allim Karya Al-Syaikh Al-Zarnuji Surabaya Al-Hidayah. Al-Zarnuji, Al-Ta’lim Al-Muta’allim Surabaya Al-Miftah, p. 3. Al-Qudsy, p. 1. Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat, Fungsi, Katagori Dan Peran Bandung Refika Aditama, 2007, p. 30. Al-Zarnuji, p. 3. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 374 Penerjemahan kata dengan arti selanjutnya kurang tepat, karena kata ganti “nya” digunakan ketika sudah ada kata yang telah disebutkan sebelumnya. Padahal kata tersebut terletak di permulaan teks yang tidak didahului satu katapun sebelumnya. Maka, untuk menghindari kata se+lanjut+nya ditemukan alternatif terjemahan yang lebih tepat yaitu; kemudian. Pada redaksi tidak tepat jika diterjemahkan dengan “meletakkan”, walaupun redaksi ini dapat dipahami namun masih kurang tepat. Jika dianalisa, frasa itu dapat diterjemahkan dengan “harus memiliki menata niat”. Frasa “lam” pada frasa di atas memiliki makna kepemilikin li al-milki. Kemudian, redaksi “memiliki niat” itu relatif tidak dapat difahami dengan pasti, maka penerjemah harus menambahkan tanda kurung dengan kata “menata”. Sebab dalam budaya bahasa Indonesia tidak ditemukan memiliki niat, tapi menata niat. Terdapat penerjemahan janggal juga pada frasa yang diterjemahkan dengan redaksi selama dalam belajar’ dalam bahasa Indonesia. Isim zaman atau frasa adverbia waktu dalam bahasa Indonesia adalah kata keterangan waktu yang menjelaskan verba, adjektiva atau adverbia lain, namun frasa tersebut dalam buku terjemahan diterjemahkan dengan redaksi selama dalam’ yang berarti frasa adverbia tempat, maka semestinya terjemah dari frasa diterjemah menggunakan redaksi selama masa’, sehingga lebih mudah dipahami dan sesuai dengan fungsi statusnya dalam kalimat yaitu sebagai keterangan waktu yang menjelaskan verba . Demikian bentuk kesalahan pada data nomor dua adalah penggunaan kosakata yang kurang tepat dalam konteks kalimat serta penambahan kata yang seharusnya tidak perlu diterjemahkan. Maka alternatif terjemahan dapat menggunakan redaksi Kemudian, pelajar harus memiliki menata niat selama masa belajar’. Bentuk ketiga; Al-Qudsy, p. 10. Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka dkk, Adjektiva Dan Adverbia Dalam Bahasa Indonesia Jakarta PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, 2000, p. 6. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 375 Syekh Ja’far Shadiq berkata kepada Sufyan Syaikh Ja’far al-S{a>diq berkata kepada Sufya>n al-Sawri. Teks BSu tersebut menyebutkan nama ulama’ Arab yang tidak mungkin untuk diterjemah. Maka alternatif yang mungkin untuk dilakukan adalah transliterasi dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Tertulis kata “syekh” pada kalimat terjemahan sebagai wujud aliterasi dan gelar yang berarti pemimpin, tetua atau bangsawan di Jazirah Arab. Kata “syekh” dapat ditulis “shaikh”, “sheik”, “shaykh” atau “sheikh”,namun kata menurut pedoman transliterasi Menag dan Mendikbud RI dapat ditransliterasikan menjadi Syaikh, begitupun mengenai kata Shadiq serta Sufyan Ats-Tsauri yang dapat ditransliterasi menjadi al-S{a>diq dan juga Sufyaan al-S bahwa ketidaktepatan penerjemahan pada kalimat nomor tiga terletak pada transliterasi nama tokoh yang tidak sesuai dengan kaidah baku yang berlaku dalam bahasa sasaran, karena transliterasi tersebut belum mengikuti kaidah atas perkembangan bahasa dan kebahasaan. Bentuk keempat; .Aku tahu bahwa hak seorang guru itu harus diindahkan melebihi segala hak. Dan lebih wajib dijaga oleh setiap orang Islam Sebagai balasan memuliakan guru, amat pantaslah jika beliau diberi seribu dirham, meskipun hanya mengajarkan satu Saya berpandangan bahwa prioritas imbalan penghargaan itu diberikan kepada pengajar, dan itu wajib dijaga oleh setiap muslim. Sungguh,penghormatan dengan seribu dirham itu sangat pantas, walaupun hanya mengajar satu kalimat. Al-Zarnuji, p. 14. Al-Qudsy, p. 19. Pedoman Transliterasi arab Latin hasil keputusan bersama SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987 Al-Qudsy, p. 25. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 376 Teks tersebut berupa syair yang identik dengan makna idiomatik sebagai wujud keestetikannya. Penerjemah menerjemahkan syair menggunakan redaksi di atas. Kata “h}ak” pada kalimat tersebut diterjemah dengan kata hak dalam bahasa Indonesia. Penerjemah pada kasus tersebut menerjemahkan kata “h}ak” secara harfiah tanpa merubah sedikitpun kecuali hanya memindahkan kata dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Kata hak dalam bahasa Indonesia mengacu pada hak yang berarti hak pendapatan. Guna memperjelas makna, maka sebaiknya penerjemah menyederhanakan kata tersebut dengan padanan yang sesuai dengan tuntutan teks sumber yang digali dari konteks kalimatnya, yakni kata hak imbalan. Adapun kata h}ifdon yang diterjemah dengan kata dijaga’, selainnya juga berarti memelihara’, melindungi’ atau menghafal’. Berdasarkan posisinya, maka makna kata h}ifdon hendaknya mengacu pada bait sebelumnya yang menjelaskan hak imbalan. Dengan demikian, terjemah itu sudah tepat dengan kata “dijaga”. Pada bait pertama, tepatnya pada frasa aku tau dari terjemahan kata “raiatu ah}qqa” dapat disederhanakan menjadi “saya berpandangan”, karena kata itu sudah mewakili teks “raiatu ah}qqa” yang diterjemah dengan frasa aku tau. Berdasarkan analisa teks dan idiomatik pemahaman syair dapat diterjemahkan dengan “Saya berpandangan bahwa prioritas imbalan penghargaan itu diberikan kepada pengajar, dan itu wajib dijaga oleh setiap muslim. Sungguh,penghormatan dengan seribu dirham itu sangat pantas, walaupun hanya mengajar satu kalimat.” Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya ketidaktepatan penerjemahan teks yang terletak pada aspek padanan terkait efektifitas penerjemahan kalimat. Bentuk kelima; Orang yang mempunyai ilmu itu dapat dikatakan hidup secara terus-menerus abadi dan langgeng, meskipun tulang rusuknya sudah busuk dan hancur di bawah Orang berilmu bagai hidup abadi sepeninggalnya, bahkan setelah tulang rusuknya hancur ditimbun tanah. Teks ah}u al-ilmi yang diterjemahkan dengan redaksi orang yang mempunyai ilmu’ dirasa kurang efektif. Dalam bahasa Indonesia dijelaskan bahwa salah satu makna Suharsono dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia Semarang Widyakarya, 2005 hal 195. Burhan al-Islam Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum Beirut al-Maktab al-Islami, 1981, p. 95. Al-Qudsy, p. 47. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 377 awalan ber- menunjukkan arti mempunyai atau memiliki, maka untuk menjaga kaidah BSa diredaksikan menjadi “orang yang berilmu”. Begitupun kata dapat dikatakan’ juga dapat disederhanakan sesuai kaidah kebahasaindonesiaan dengan kata bagai’ agar susunan kalimat tetap terjaga dan lebih memudahkan dalam pemahaman pembaca. Terdapat penerjemahan kata yang janggal pada teks tersebut, yakni penerjemahan kata khalidun yang diterjemahkan dengan kata secara terus-menerus abadi dan langgeng dalam bahasa Indonesia, sementara ketiga kata yaitu secara terus menerus, abadi serta langgeng semuanya adalah sinonim yang mempunyai satu arti yakni tidak pernah sirna, tetapi masing-masing mempunyai nilai rasa yang berbeda, maka hendaknya penerjemah memilih satu kata yang paling tepat dan sesuai dengan konteks kalimat dalam menerjemah. Ditinjau dari segi konteks kalimat, adjektiva yang lazim untuk mensifati kata hidup adalah abadi. Jadi alternatif terjemah teredaksi menjadi hidup abadi’. Pada teks sumber terdapat kata bakda mawtihi> penerjemah tidak menerjemahkannya, mungkin penerjemah menganggap kalimat tersebut tidak terlalu penting. Menurut M Tata Taufik terjemah hendaknya memindahkan makna dari seluruh teks aslinya, namun tidak lupa juga hal-hal yang menyangkut sesuatu yang tertulis dalam teks asli. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa sebaiknya seorang penerjemah menerjemahkan semua teks yang tertulis pada naskah sumbernya, khususnya kata yang mengandung informasi dan berpengaruh dalam makna konteks kalimat. Maka kata tersebut berdasarkan konteksnya dapat diterjemahkan dengan kata sepeninggalnya’. Adapun pada penerjemahan kata rami>m yang diterjemahkan dengan kata sudah busuk dan hancur’. Penerjemah menerjemah dua kali berturut-turut, yakni sudah busuk dan hancur, sehingga hasil terjemahan kalimat tah}ta al-tura>bi rami>m menjadi sudah busuk dan hancur di bawah tanah’, padahal sebenarnya penerjemah cukup menerjemah kata rami>m dengan kata hancur’,maka dalam penerjemahan tersebut terjadilah pemborosan kata yang menjadikan hasil terjemah tidak efektif, sedangkan kata tah}ta al-tura>bi memang benar bila diterjemah dengan kata di bawah tanah, namun ditinjau dari segi konteks kalimat, kata tersebut terlalu literlek dan kurang tepat karena fungsi kata tah}ta al-tura>bi dalam konteks kalimat menjelaskan sebab Mustakim, Bentuk Dan Pilihan Kata Jakarta Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, p. 79. M Tata Taufik, Terjemah Dari Teori Ke Praktik Kuningan Pustaka al-Ikhlas, 2001, p. 37. Raja Fahd ibn’ Abd al Aziz al Sa’ud, Al-Quran Dan Terjemahnya Saudi Arabiyah Malik al-Mamlakah, 1971, p. 714. LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 378 dari tulang rusuk yang hancur, yakni karena dikubur atau dengan kata lain ditimbun dengan tanah, maka alternatif terjemah yang tepat untuk menjaga keefektifannya adalah ditimbun’. Sebenarnya, kurang tepat dalam penerjemahan dapat ditemukan istilah-istilah kedua bahasa itu dalam konsep Arabic for Specific Purpose, terutama istilah-istilah Arab-Indonesia pada bidang pendidikan Islam di Indonesia. Demikian bentuk kesalahan pada data nomor lima adalah ketidaktepatan penerjemahan dalam konteks, pemborosan kata yang seharusnya tidak perlu ditulis dalam redaksi kalimat terjemahan serta penghilangan terjemah kata yang berpengaruh dalam konteks kalimat. Maka alternatif terjemahan dapat diganti dengan redaksi Orang berilmu bagai hidup abadi sepeninggalnya, bahkan setelah tulang rusuknya hancur ditimbun tanah’. Kesimpulan Analisis buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim cetakan al-Hidayah menunjukkan adanya beberapa kesalahan dalam penerjemahan, berdasarkan contoh-contoh yang telah dipaparkan ditemukan kesalahan-kesalahan antara lain Kesalahan penyusunan kalimat pada bahasa sasaran terkait dengan urutan posisi kalimat; kesalahan dalam penggunaan efektifitas kalimat meliputi menerjemahkan teks yang tidak perlu diterjemah maupun sebaliknya dan pengulangan kata yang telah disebutkan; kesalahan penerjemahan kosakata meliputi pemilihan padanan kata yang kurang tepat dan ketidaktepatan penerjemahan idiom; kesalahan pada aspek penghilangan atau tidak diterjemahkannya aspek kosakata, frasa dan kalimat serta kesalahan dalam menerjemahkan istilah asing. Pembenaran kesalahan-kesalahan dilakukan dengan menggunakan leksikon, sintaksis dan semantik yang sesuai dengan bentuk kesalahan-kesalahan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, yakni mencakup masalah kosakata al-Mufradat, tata kalimat al-Qawaid, susunan kalimat al-Tarkib, transliterasi dan perkembangan bahasa. Kesalahan-kesalahan dibenarkan dengan menggali makna konteks berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku pada bahasa sumber bahasa Arab kemudian mengukur kesesuaian pengalihan makna hasil terjemah terkait aspek leksikon, sintaksis maupun semantik berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku pada bahasa sasaran bahasa Indonesia. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dihimbau bagi penerjemah bahwa kesabaran dan ketelitian merupakan modal yang sangat dibutuhkan karena menerjemah bukanlah pekerjaan yang mudah dan bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Bila buku terjemahan kitab ta’lim al-muta’allim hendak diterbitkan kembali, alangkah lebih baik Mirwan Akhmad Taufiq, ’, Arabia, 2018 . LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 379 bila penerbit dan editor meneliti kembali serta melakukan revisi-revisi terkait beberapa penerjemahan yang kurang tepat sehingga pesan atau makna yang disuguhkan lebih mudah diterima dan dipahami oleh pembaca. DAFTAR PUSTAKA Ainurrafiq, Faiq, ANALISA KESALAHAN DALAM PENERJEMAHAN KITAB AL-BALAGAH AL-WADIHAH KARYA ALI AL-JARIM DAN MUSTAFA AMIN’, Cendekia Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 2015 Al-Qudsy, Noor Aufa Shiddiq, Pedoman Belajar Pelajar Dan Santri Terjemah Kitab Al-Ta’lim Al-Muta’allim Karya Al-Syaikh Al-Zarnuji Surabaya Al-Hidayah Al-Zarnuji, Al-Ta’lim Al-Muta’allim Surabaya Al-Miftah Al-Zarnuji, Burhan al-Islam, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum Beirut al-Maktab al-Islami, 1981 Alawiyah, N. Lalah, Ahmad Royani, and Mukhshon Nawawi, ANALISIS TERJEMAHAN TEKS AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB’, Arabiyat Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban, 2016 Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 4th edn Jakarta Balai Pustaka, 2007 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia Bandung Angkasa, 1984 Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat, Fungsi, Katagori Dan Peran Bandung Refika Aditama, 2007 Izzan, Ahmad, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Bandung Humaniora, 2007 Kholis Tohir, Kurikulum Dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi Di Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang Provinsi Banten’, Jurnal Analytica Islamica, 2017 M Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia Bandung Remaja Rosda Karya, 2011 Mustakim, Bentuk Dan Pilihan Kata Jakarta Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014 Muzammil, PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Telaah Relevansi Konsep Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim’, Ta`Limuna Jurnal Pendidikan LISANUNA, Vol. 10, No. 2 2020 380 Islam, 2012 Nababan, Rudolf, Teori Menerjemah Bahasa Inggris Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2003 Nahdiyin, Khairon, Sejumlah Kesalahan Dalam Menerjemah’, Adabiyyat, 2006 Nida, Eugine A and Taber, The Theory and Practice of Translation Leiden E. J. Brill, 1982 Nur Rahman Hanafi, Teori Dan Seni Menerjemahkan Flores Nusa Indah, 1986 Sa’ud, Raja Fahd ibn’ Abd al Aziz al, Al-Quran Dan Terjemahnya Saudi Arabiyah Malik al-Mamlakah, 1971 Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka dkk, Adjektiva Dan Adverbia Dalam Bahasa Indonesia Jakarta PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, 2000 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia Teori Dan Praktek Bandung Humaniora, 2005 Taufik, M Tata, Terjemah Dari Teori Ke Praktik Kuningan Pustaka al-Ikhlas, 2001 Taufiq, Mirwan Akhmad, ’, Arabia, 2018 Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi Jakarta Akademika Pressindo, 2004 Zamhari, Muhammad, and Ulfa Masamah, RELEVANSI METODE PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB TA’LIM AL-MUTA’ALLIM TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN MODERN’, Edukasia Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 2017 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this AinurrafiqAinurrafiq, Faiq, 'ANALISA KESALAHAN DALAM PENERJEMAHAN KITAB AL-BALAGAH AL-WADIHAH KARYA ALI AL-JARIM DAN MUSTAFA AMIN', Cendekia Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 2015 N AlawiyahAhmad LalahMukhshon Royanianalisis Terjemahan Teks Akademik Mahasiswa Program NawawiStudiArabiyat Bahasa ArabAlawiyah, N. Lalah, Ahmad Royani, and Mukhshon Nawawi, 'ANALISIS TERJEMAHAN TEKS AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB', Arabiyat Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban, 2016 Kamus Besar Bahasa IndonesiaNasional Departement PendidikanDepartement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 4th edn Jakarta Balai Pustaka, 2007Henry Guntur TariganHenry Guntur Tarigan, Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia Bandung Angkasa, 1984Alfarisi M ZakaM Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia Bandung Remaja Rosda Karya, 2011pengembangan Kurikulum Pendidikan MuzammilIslamMuzammil, 'PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Telaah Relevansi Konsep Pendidikan Dalam Kitab Ta'lim Muta'alim', Ta`Limuna Jurnal Pendidikan Islam, 2012 Rudolf NababanNababan, Rudolf, Teori Menerjemah Bahasa Inggris Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2003 Nahdiyin, Khairon, 'Sejumlah Kesalahan Dalam Menerjemah', Adabiyyat, 2006Muhammad ZamhariUlfa Masamahrelevansi Metode Pembentukan Pendidikan Karakter Dalam Kitab Ta'lim Al-Muta'allim Terhadap Dunia Pendidikan ModernZamhari, Muhammad, and Ulfa Masamah, 'RELEVANSI METODE PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB TA'LIM AL-MUTA'ALLIM TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN MODERN', Edukasia Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 2017
Kitab Nadzom Alala Dan Terjemah [For PDF] yaitu cerdas, semangat, sabar, biaya, petunjuk ustadz dan lama waktunya. Jangan bertanya tentang seseorang, tapi tanyalah tentang temannya, karena sesungguhnya teman akan mengikuti temannya. bila temannya memiliki kejelekan maka jauhilah secepatnya, dan bila temannya memiliki kebaikan maka temanilah dia
The background of this reseach is about the teachers and student " s behaviour understanding and implementating toward the kitab which written by Teungku Muhammad Ali Irsyad, the founder of dayah Darussaadah. The research aimed to know kinds of teachers and student " s ethical behavior in the kitab, teachers and student " s understanding toward the teachers and student " s behavior regarding to kitab Khulq 'Aẓim, and their implementation toward the content of the kitab. Moreover, this field research conducted by using qualitative approach in descriptive method at dayah Darussaadah which affiliate to Faradis, Kecamatan Panteraja, Kabupaten Pidie Jaya. Resources of the data are kitab Khuluq 'Aẓīm, teachers and students in dayah Darussaadah. The data was collected by interview and observation. The instrumen of the data collection was interview sheet and observation sheet. Result of the research had shown that numbers of ethical behavior for teachers were 16 kinds of rules, and 24 kinds of rules for students " ethical behavior. In conclussion, a large of number dayah member " s are understood and implementated the ethical behaviors that containing in kitab Khuluq 'Aẓīm, although many of them have any difference comprehences. A. Pendahuluan
31 Mei 2022 690 Resensi kitab Ta'lim Muta'allim BincangSyariah.Com - Kitab Ta'lim Muta'allim, merupakan kitab yang sering dipelajari di Pondok Pesantren. Kitab ini terbilang masyhur di kalangan santri Indonesia. Nah berikut ini resensi kitab Ta'lim Muta'allim, sebagai pedoman etika dan metode islami dalam menuntut ilmu.