Karindngbiasanya dimainkan secara solo atau grup (2 sampai 5 orang). Seroang diantaranya disebut pengatur nada atau pengatur ritem. Di daerahCiawi, Dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tidak hanya sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian sindhen tetapi lebih berfungsi untuk menuntun arah lagu sindhen. sama juga yang di pake Tradisi musik
Ilustrasi karawitan Sunda. Foto Sunda sudah dikenal cukup lama sebagai seni musik tradisional yang tempat asal dan berkembangnya berada di daerah Sunda. Musik karawitan Sunda memiliki ciri-ciri tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai aspek dari masyarakat karawitan adalah istilah lain untuk menyebutkan musik tradisional. Mengutip dari buku berjudul Seni Budaya yang ditulis Zackaria Soetedja dkk., musik tradisional merupakan musik yang hidup dan berkembang secara turun-temurun di suatu daerah Seni Musik KarawitanApabila dilihat dari segi pergelarannya, karawitan atau seni musik tradisional terbagi menjadi tiga kelompok. Mengutip kembali buku yang ditulis Zackaria Soetedja dkk., berikut penjelasan mengenai ketiga kelompok karawitan sekar merupakan seni suara atau vokal daerah yang diungkapkan melalui suara mulut manusia dan bersentuhan dengan nada, bunyi, atau instrumen pendukungnya. Sekar ialah pengolahan suara yang khusus untuk menimbulkan rasa seni yang berhubungan langsung dengan indra sekar secara khusus, yakni memformulasikan dan mengungkapkan perasaan melalui kata dan senandung dengan media seni suara manusia sebagai karawitan gending adalah seni suara yang diungkapkan melalui alat musik daerah atau alat bunyi-bunyian. Arti kata gending ialah susunan nada-nada yang mempunyai bentuk yang teratur menurut kesepakatan ini merupakan bentuk penyajian seni suara daerah yang memadukan sekar dan gending. Sekar gending berarti bentuk sajian seni suara dalam bentuk nyanyian yang diiringi jenis seni suara tersebut memiliki tugas yang sama beratnya. Masing-masing saling mengisi dan mempunyai keterkaitan yang tak dapat karawitan Sunda. Foto Nada dalam Karawitan SundaPada karawitan Sunda, sistem tangga nada yang digunakan adalah pentatonik. Terdapat lima nada pokok dalam karawitan Sunda. Bila merujuk pada buku Seni Budaya yang ditulis Agus Budiman dkk., nada-nada musik pada seni karawitan dilambangkan dengan notasi daminatila. Notasi ini memiliki lima nada pokok yang disimbolkan dengan1. Angka 1 5 4 3 2 1 yang disebut nada Huruf T S G P L T yang disebut nada mutlak notasi buhun.3. Notasi tersebut dibaca da la ti na mi singkatan dari Tugu adalah lambang nada 1, dibaca singkatan dari Loloran adalah lambang nada 2, dibaca singkatan dari Panelu adalah lambang nada 3, dibaca singkatan dari Galimer adalah lambang nada 4, dibaca singkatan dari Singgul adalah lambang nada 5, dibaca nada pokok, dalam karawitan Sunda terdapat pula nada sisipan atau nada hiasan yang disebut nada uparenggaswara. Misalnya, nada pamiring atau nada meu 2+, Bungur atau nada ni 3-, pananggis atau nada teu 4+, dan sorog atau nada leu 5+.
Karawitanadalah seni musik tradisional yang terdapat dibeberapa wilayah Indonesia.Penyebarannya meliputi daerah Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Madura, dan Bali.Karawitan sering diartikan sebagai seni musik tradisional yang dimainkan dengan menggunakan gamelan.Biasanya, seni musik ini dipentaskan dalam pagelaran seni untuk mengiringi tarian, upacara adat, dan nyanyian.
Karawitan Jawa sebagai identitas musik tradisi Jawa hingga saat ini masih bertahan eksistensinya. Tidak lain karena karawitan telah dianggap oleh masyarakatnya sebagai bagian dari tradisinya. Meskipun demikian, hal tersebut tidak berlaku bagi orang awam yang belum terbiasa mendengar gamelan, sehingga letak probematikanya disini adalah pada konteks pembelajaran karawitan, bahwa khusus bagi siswa awam sangat sulit memahaminya. Terutama apabila dikaitkan dengan istilah-istilah dasar yang termuat di dalam Seni Karawitan. Tulisan ini bertujuan untuk menawarkan solusi akan problematika tersebut. Upaya yang dilakukan yakni memanfaatkan kreativitas guru untuk memberikan stimulus melalui aspek psikologi kognitif siswa. Seperti kajian ini, yakni melalui aspek kebahasaan atau istilah-istilah dalam karawitan, melalui stimulus tersebut akan melahirkan perilaku musikal. Kajian ini menyimpulkan bahwa dengan timbulnya mental response dari aspek kognitif siswa, maka akan mendorong siswa untuk melahirkan antusisasme berbentuk behavioral response, terutama dalam memaknai dan merepresentasikan nilai-nilai filosofis, nilai kebudayaan, dan nilai-nilai positif lain yang terkandung dalam seni karawitan Jawa. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free INDONESIAN JOURNAL of Performing Arts Education Available online at DOI suffix at 5 ORIENTASI ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMBELAJARAN SENI KARAWITAN JAWA MELALUI ASPEK PSIKOLOGI KOGNITIF Anarbuka Kukuh Prabawa1 1Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Doc Archive Submited 10-11-2021 Accepted 20-01-2022 Published 31-01-2022 Kata kunci orientasi istilah; psikologi kognitif; pembelajaran karawitan; karawitan Jawa. Abstrak Karawitan Jawa sebagai identitas musik tradisi Jawa hingga saat ini masih bertahan eksistensinya. Tidak lain karena karawitan telah dianggap oleh masyarakatnya sebagai bagian dari tradisinya. Meskipun demikian, hal tersebut tidak berlaku bagi orang awam yang belum terbiasa mendengar gamelan, sehingga letak probematikanya disini adalah pada konteks pembelajaran karawitan, bahwa khusus bagi siswa awam sangat sulit memahaminya. Terutama apabila dikaitkan dengan istilah-istilah dasar yang termuat di dalam Seni Karawitan. Tulisan ini bertujuan untuk menawarkan solusi akan problematika tersebut. Upaya yang dilakukan yakni memanfaatkan kreativitas guru untuk memberikan stimulus melalui aspek psikologi kognitif siswa. Seperti kajian ini, yakni melalui aspek kebahasaan atau istilah-istilah dalam karawitan, melalui stimulus tersebut akan melahirkan perilaku musikal. Kajian ini menyimpulkan bahwa dengan timbulnya mental response dari aspek kognitif siswa, maka akan mendorong siswa untuk melahirkan antusisasme berbentuk behavioral response, terutama dalam memaknai dan merepresentasikan nilai-nilai filosofis, nilai kebudayaan, dan nilai-nilai positif lain yang terkandung dalam seni karawitan Jawa. Keywords term orientation; cognitive psychology; musical learning; Javanese karawitan. Abstract Javanese Karawitan as the identity of Javanese traditional music still survives to this day. Because karawitan has been considered part of their community tradition. However, this does not apply to ordinary people who are not used to hearing gamelan, so the problematics here is in the context of learning karawitan, which is especially difficult for common students to understand. Mainly when it is associated with the basic terms contained in the Karawitan Art. This paper aims to offer a solution to this problem. Efforts are being made to utilize the teacher's creativity to provide stimulus through aspects of students' cognitive psychology. Like this study, through linguistic aspects or terms in karawitan. Through these stimuli will give birth to musical behavior. This study concludes that the emergence of mental responses from the student's cognitive aspects will encourage students to generate enthusiasm in behavioral responses, especially in interpreting and representing philosophical values, cultural values, and other positive values in Javanese karawitan art. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike International License. 6 2022 Pendahuluan Sebelum mengawali pembahasan kali ini, terlebih dahulu kembali mengingat sejarah singkat dari seni Karawitan Jawa. Karawitan Jawa merupakan sebuah ansambel musik tradisi dari Jawa, yang sajian di dalamnya terdiri dari beberapa macam instrumen musik yang istilahnya lazim disebut dengan “gamelan”. Secara harafiah kata Karawitan berakar pada kata “rawit” atau yang memiliki arti “halus”. Karawitan memiliki sinonim atau istilah lain yang lazim juga disebut “Gamelan Orchestra”. Karawitan memiliki dua tangga nada scale utama yakni pelog dan slendro. Seni Karawitan awalnya secara fungsional hanya digelar dalam upacara-upacara tertentu di keraton Jawa, namun seiring perkembangannya, kini karawitan telah berubah menjadi sarana hiburan, meskipun beberapa gendhing atau lagunya masih bersifat sakral. Menurut Ranggawarsita dalam serat Pustaka Raja Purwa, gamelan telah berdiri sejak tahun 326 Caka atau 404 Masehi Yudoyono, 1984, p. 24. Sementara jika dilihat dari perspektif mitologis, gamelan Jawa diciptakan oleh Bathara Guru. Perspektif lain juga menyebutkan bahwa karawitan sudah ada dan popular sejak masa pemerintahan pendiri Borobudur yaitu raja Samaratungga, dari wangsa Syailendra Sailendravamsa. Hal tersebut didasarkan pada penelitan para ilmuwan dari relief Karmawibangga di Candi Borobudur, sehingga hal itu mengindikasikan bahwa gamelan sudah ada sejak zaman itu. Karawitan Jawa pada abad 20 semakin menarik perhatian musikolog dari mancanegara. Musikolog tersebut yakni Kunst 1949 dan Hood 1966 yang merupakan dua dari sekian banyak musikolog yang meneliti estetika dan sejarah perkembangan gamelan di tanah Jawa. Karawitan Jawa tetap banyak peminatnya meskipun di era modern seperti sekarang, dan selain orang Jawa sendiri sebagian peminatnya juga ada dari etnis lain. Apalagi Seni Karawitan telah dijadikan sebagai mata pelajaran atau mata kuliah di beberapa lembaga pendidikan, mulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Selain pada lembaga pendidikan formal, tidak sedikit juga kelompok masyarakat di desa-desa yang tetap melestarikan seni karawitan secara rutin. Bagi masyarakat yang tumbuh dalam kebudayaan Jawa, untuk dapat mempelajari seni karawitan relatif tidak terlalu sulit dibandingkan orang awam yang sama sekali belum mengenal kebudayaan Jawa. Termasuk mereka yang sudah memahami dasar musikologi barat juga belum tentu mudah untuk mempelajari Seni Karawitan. Karena untuk menyetarakan teori musik Jawa ke dalam musik barat sama halnya dengan mengalihkan sistem komunikasi satu ke sistem komunikasi yang lain. Padahal faktanya, jika mengingat setiap kebudayaan memiliki filosofi yang berbeda-beda Seeger, 1977, p. 66. Berdasarkan fakta tersebut, dalam kajian ini akan dianalisis betapa pentingnya pemahaman awal terhadap istilah-istilah dalam karawitan Jawa untuk konteks pembelajaran, terutama bagi orang awam yang belum mengenal kebudayaan Jawa sebelumnya. Pemahaman istilah pada tahap awal ini sangat penting dilakukan sebelum memainkan instrumen gamelan, sebab sebuah istilah-istilah yang dijadikan penamaan suatu identitas mengacu pada konsep tertentu, dengan demikian dibutuhkan sebuah stimulus terhadap aspek psikologi kognitif pebelajar karawitan agar konsep-konsep musikologis karawitan Jawa lebih cepat dipahami. Melalui teori psikologi kognitif, diharapkan pemberian stimulus bagi siswa akan melahirkan mental response dan juga behavioral response sebagai bekal awal mendalami Seni Karawitan Jawa. Pembahasan Konsep Pendekatan Psikologi Kognitif Tulisan ini memaparkan bentuk kreativitas guru dalam menggunakan konsep psikologi kognitif sebagai teknik perangsangan, hal ini ditujukan untuk mendukung pemahaman dasar siswa sebelum melakukan pembelajaran praktik karawitan. Psikologi kognitif merupakan ilmu yang terfokus untuk mempelajari informasi dalam bentuk kebahasaan yang ditangkap oleh indera, diproses di dalam jiwa seseorang untuk diendapkan dalam kesadaran, serta diwujudkan ke dalam pola perilaku Goldstein, 2011, p. 7. Orientasi Istilah-Istilah dalam Pembelajaran Seni ... 7 Proses pengendapan informasi di dalam jiwa seseorang disebut juga sebagai mental response, yang di dalamnya berupa perhatian attention dan tanggapan perceiption. Secara operasional dapat dimengerti bahwa psikologi kognitif adalah bagaimana seseorang menerima, mempersepsi, menalar, mengingat, dan berpikir. Hal tersebut juga berlaku seperti halnya pada sebuah pembelajaran seni karawitan dimana guru harus memiliki kreativitas. Harapannya dengan kreativitas yang dimiliki oleh guru dapat memberikan stimulus awal pada siswa, dengan pembekalan sebuah teori mengenai istilah-istilah dasar yang perlu dipahami oleh siswa awam sebelum menginjak pada tahap praktiknya. Stimulus awal yang berupa teori dasar dan istilah-istilah dalam karawitan disampaikan oleh guru kepada siswa, terutama siswa awam demi membentuk mental response. Terbentuknya sebuah mental response dari siswa akan memunculkan sebuah perhatian attention dan juga tanggapan perception baik berupa pertanyaan, pernyataan, maupun hal yang mungkin masih kurang jelas berkenaan dengan istilah dan teori dasar karawitan. Setelah tahap mental response terbangun, harapannya dengan orientasi melalui aspek psikologi kognitif tidak hanya sekedar berhenti pada terbentuknya mental response, namun lebih dari itu dapat berlanjut sampai dengan tahap terbentuknya behavioral response. Behavioral response merupakan sebuah tanggapan atau respon siswa setelah diberikan stimulus yang melahirkan respon berupa tindakan atau perilaku. Apabila mental response tadi berupa menalar, mengingat, memahami, mempelajari sedangkan behavioral response adalah mewujudkan dalam perilaku dan sikap. Gambar 1 menunjukkan alur perspektif psikologi kognitif. Terlihat pada Gambar 1 bahwa pada dasarnya konsep tersebut hampir sama atau terdapat kemiripan dengan teori komunikasi Craig, 1999, p. 11. Letak perbedaan teori tersebut yaitu hanya pada penekanannya saja. Craig pernah mengemukakan “There is no one correct theory of communication but many theories are useful for thinking about specific problems”. Gambar 1. Alur Perspektif Psikologi Kognitif Artinya bahwa menurut Craig sebenarnya tidak ada teori komunikasi yang paling benar, kecuali hanya ada teori-teori yang dapat bermanfaat atau berguna sebagai bentuk pemikiran dalam memecahkan masalah secara spesifik. Oleh sebab itu, maka Craig membedakan teorinya dalam tujuh tradisi, yaitu 1 tradisi semiotic, 2 tradisi phenomenologist, 3 tradisi cybernetic, 4 tradisi sociopsychologist, 5 tradisi sociocultural, 6 tradisi kritis, dan 7 tradisi retorical. Semua tujuh jenis tradisi tersebut pada dasarnya masih tetap saling berkorelasi atau berkaitan satu sama lain dan penggunaan disesuaikan berdasarkan konteks permasalahannya. Teori tradisi Craig yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori tradisi sosio-psikologis, dengan alasan mendasar karena teori ini lebih memiliki hubungan yang terdekat dengan objek yang dikaji, yakni pembelajaran Seni Karawitan. Pertama untuk membentuk sajian yang utuh, permainannya dilakukan secara ansambel, artinya perlu membangun aspek sosio-psikologis untuk menjalin chemistry dan kekompakan antar rekan, mengingat juga kerjasama tim menjadi bekal pokok dalam menabuh gamelan pada ansambel karawitan. Apalagi telah diungkapkan oleh Craig bahwa konsep sosio-psikologis tersebut merangsang timbul dan terciptanya ekspresi, interaksi dan pemberian pengaruh terhadap orang lain Craig, 1999, p. 142. Faktanya pada abad 20, tradisi ini disebut “science of communication”. Teori tersebut menganggap bahwa komunikasi merupakan proses ekspresi dan interaksi yang dapat This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike International License. 8 2022 memberikan pengaruh kepada orang lain untuk mengungkapkan emosi dan cara berperilaku Craig, 1999, p. 143. Sebagaimana dengan konsep teori tersebut, artinya pemahaman yang dirancang memang sengaja difokuskan pada perilaku manusia sebagai makhluk sosial, yang meliputi aspek-aspek psikologis, pengaruh secara individual, kepribadian serta perasaan, persepsi, dan juga kognisinya Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2011, p. 52. Selain secara sosio-psikologis, teori tradisi dari Craig yang berkaitan erat dengan komunikasi antar sosial yakni tradisi semiotic. Sebab menurut teori semiotic dikatakan bahwa, “human communication has occurred when a human being responds to a symbol,” Littlejohn et al., 2011, p. 4. Artinya bahwa komunikasi antar manusia dianggap sebagai transmisi informasi yang terjadi ketika seseorang merespon adanya sebuah simbol atau tanda, yang juga menurut Sussane K. Langer disebut sebagai “an instrument of thought” Littlejohn et al., 2011, p. 45. Sumber teori Craig tentang teori tradisi semiotic juga mengutip teori Pierce yang berbunyi, “Semiosis as a relationship among a sign, an object, and a meaning.” Artinya bahwa komunikasi semiotic dapat terjadi karena adanya korelasi antara objek dengan tanda, tanda dengan makna, dan objek dengan makna. Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan konsep linguistik. Dalam proses komunikasi, kata-kata yang disampaikan oleh pengirim pesan sender mengalami proses interpretasi sebelum sampai kepada penerima receiver sebagai sesuatu yang memiliki makna. Sementara keterkaitannya dengan teori tradisi sosio-psikologis bahwa makna yang tersirat dapat merangsang seseorang untuk mewujudkan dalam bentuk perilakunya, artinya bahwa teori ini kembali pada hakikat psikologi itu sendiri, yakni memuat stimulus dan respon. “The emphasis in psychology was on how we learn behavior by associating stimulus and response”. Sementara jika dianalisis dalam konteks pembelajaran, apabila sebuah respon perilaku itu diulang kembali berkali-kali, dapat dikatakan bahwa itu merupakan proses belajar. Demikian pula sebaliknya apabila sebuah respon dianggap salah, namun masih terus dilakukan secara berulang kali, dapat disebut bahwa itu belum benar-benar belajar Littlejohn et al., 2011, p. 54. Kesimpulannya bahwa baik tidaknya sebuah jalinan komunikasi itu tergantung pada tingkat stimulus dan respon yang terbangun, karena di dalamnya pasti menyiratkan sebuah informasi atau sebuah makna. Kaitannya dengan konteks pembelajaran Seni Karawitan Jawa ini, guru selaku pengajar dan fasilitator utama dalam kelas wajib memberikan sebuah stimulus kepada para siswanya, yang diharapkan nantinya juga siswa dapat menanggapi atau merespon apa yang diberikan oleh guru. Hal tersebut juga tidak semata-mata mudah dilakukan, karena kunci utamanya juga terletak pada guru itu sendiri yang wajib memiliki sebuah kreativitas dalam menstimulus siswa dengan materi-materi yang akan disampaikan. Apalagi materi yang disampaikan adalah Seni Karawitan Jawa, untuk dapat memainkan atau menyajikan musiknya perlu pengenalan dan pemahaman dasar akan istilah-istilah yang meliputinya, agar dapat ditangkap oleh siswa sebagai bekal awal sebelum memasuki tahap praktik. Maka perlunya kreativitas guru dalam menyampaikan dan memberi pemahaman mengenai istilah-istilah dalam karawitan, tidak serta merta terburu-buru untuk diperintahkan melakukan praktik tanpa didasari pemahaman yang kuat mengenai materinya. Kreativitas guru dalam merangsang psikologi kognitif siswa sebagaimana demikian perlu menggunakan ilmu dari komunikasi dan psikologi. Gambar 2 adalah bagan alur kreativitas di dalam proses komunikasi tersebut. Pentingnya Aspek Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Kreativitas seorang guru dalam menstimulus siswa sangat menentukan timbul tidaknya mental response dan behavioral response dari siswanya. Istilah kreativitas secara etimologis berasal dari bahasa Inggris create, yang memiliki arti “mencipta”, atau lebih jelasnya membuat sesuatu yang awalnya belum ada menjadi ada, atau juga diartikan pengubahan sesuatu dari yang sudah ada menjadi lebih baru. Orientasi Istilah-Istilah dalam Pembelajaran Seni ... 9 Gambar 2. Kreativitas dalam Proses Komunikasi Kesimpulannya, kreatif sama dengan menciptakan sesuatu yang belum pernah dihasilkan maupun ditemukan oleh orang lain. Menurut Torrance dan Safter Kasmaienezhadfard, Talebloo, Roustae, & Pourrajab, 2015, diungkapkan bahwa “Creativity as a model that consist of some construct or dimensions between individuals.” Maksud dari ungkapan tersebut berarti bahwa kreativitas dianggap sebuah model yang terdapat dalam sebuah konstruk antara berbagai individu. Dalam unsur kreativitas tidak terlepas dari daya inovatif di dalamnya yang nantinya membentuk sebuah konstruk baru yang belum pernah ada sebelumnya, dan akan terlahir atau muncul setelah mengalami proses berfikir. Oleh sebab itu, maka dapat dikatakan bahwa munculnya daya inovasi dari seseorang tergantung dari kecerdasan orang itu sendiri. Menurut pandangan Asrul dan rekan-rekannya 2018 dikemukakan bahwa “The indication of creative thinking in the definition that creative thinking is the ability of a person necessary to produce an alternative problem solving….”. Menurut perspektif di atas, dikatakan bahwa seseorang dapat dikatakan kreatif atau penuh dengan inovasi-inovasi apabila indikasinya terlihat dari bagaimana seseorang tersebut berupaya menyelesaikan masalah dan mencari solusi. Sementara istilah kreativitas dalam konteks pengkajian konsep ini yakni bagaimana melakukan sebuah upaya baru seperti meliputi teknik, metode, cara penyampaian, bentuk serta tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran Karawitan Jawa. Mengingat relevansi kemampuan kreativitas dari seorang guru dalam mengelola sebuah kelas sangat membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut sebuah penelitian, kreativitas guru telah terbukti sangat berpengaruh menunjang keberhasilan siswa dalam memahami materi. Seperti halnya yang disampaikan oleh Kaplan 2019 bahwa “Creativity theorists have advocated for teaching for creativity at all levels of education and training”. Merujuk pada ungkapan tersebut bahwa teori kreativitas telah banyak membantu siswa di dalam proses pembelajaran di semua bidang pendidikan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas pembelajaran adalah suatu jenis pembelajaran yang kreatif, sebagaimana pembelajaran tersebut menekankan guru sebagai fasilitator untuk senantiasa membimbing kegiatan belajar demi mendapatkan sebuah suasana belajar yang nyaman serta kondusif, sehingga proses transformasi ilmu dapat berjalan sebagaimana mestinya. Demikian sangat nyata bahwa tuntutan guru sangat kompleks Griffiths, 2014, karena harus kreatif dalam mengemas materi ajar dan melaksanakan pembelajaran agar siswa dapat terstimulus, yang selanjutnya stimulus tersebut membentuk motivasi untuk mewujudkannya dalam kegiatan kreatif demi mencapai tujuan pembelajaran. Berbekal keadaan nyaman dan kondusif dapat menjadikan pembelajaran lebih efektif. Hal di atas sejalan dengan Peter Kline bahwa “learning is most effective when is’s fun” Dryden & Vos, 2002. Maknanya bahwa kreativitas bertujuan agar siswa merasa senang dalam rangka memahami materi pembelajaran, ditambah memiliki rasa ingin tahu terhadap materi yang dipelajarinya. Orientasi Istilah-istilah Dasar dalam Pembelajaran Seni Karawitan Jawa Sebuah istilah dapat berwujud kata atau berupa frasa yang berguna atau berfungsi sebagai Object Istilah-istilah dasar Karawitan Jawa This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike International License. 10 2022 alat kebahasaan dan mempunyai makna tertentu. Apa yang disebut sebagai “kata” adalah satuan kebahasaan yang paling terkecil, sedangkan “frasa” merupakan kolaborasi antara dua kata atau bahkan lebih dari dua dan tidak bersifat predikatif Pehala, Anindita, & Rosyidi, 2017. Sementara Chung Hartanti, 2021, p. 5 berpendapat bahwa secara linguistik, kata memiliki banyak fungsi, “we use words to convey our emotions and thoughts, to tell stories, and to understand the world.” Merujuk pada pendapat di atas, hal tersebut relevan dengan konteks pembelajaran seni karawitan Jawa dimana istilah-istilah karawitan juga tidak terlepas dari sebuah fungsi atau tujuannya, tidak lain yakni berfungsi sebagai sarana atau media pengungkapan emosi, ekspresi, pemikiran untuk menceritakan sesuatu, serta untuk memahami suatu dunia. Dunia yang dimaksud dalam konteks karawitan, merupakan dunia pemikiran masyarakat Jawa. Segala sesuatunya untuk setiap istilah atau kata dalam Bahasa Jawa memiliki sumber rujukan atau referensi yang saling terkait dengan hasil pemikiran masyarakat Jawa. Hal tersebut berarti relevan bahwa untuk mengajarkan siswa awam mempelajari Seni Karawitan hendaknya wajib terlebih dahulu di awali perkenalan atau orientasi istilah-istilah dasar Seni Karawitan. Istilah-istilah dasar dalam karawitan juga tampak asing bagi siswa awam, mengingat bahwa istilah yang digunakan tersebut merujuk pada kosakata Bahasa Jawa kuno, sehingga apabila dilihat dari era atau zaman milenial sekarang, istilah kata tersebut nampak sangat asing bagi para siswa awam. Perlunya orientasi yang mendalam pada pemberian materi berwujud istilah-istilah yang disertai dengan kreativitas guru dalam pemberian stimulus, dapat membentuk mental response dan behavioral response siswa untuk selanjutnya menjadi bekal pendalaman materi tentang Seni Karawitan Jawa. Tabel 1 merupakan istilah-istilah umum yang terdapat dalam Seni Karawitan Jawa, istilah-istilah ini dirangkum dari beberapa sumber Gitosarodjono, 1971; Martopangrawit, 1975; Supanggah, 2002. Tabel 1. Istilah-istilah umum dalam karawitan Modus tangga nada atau scaleKategori unsur-unsur nada tertentu dalam jenis tangga nada. Memainkan instrumen gamelan. Teknik vokal dalam menyanyikan nada tertentu. Teknik bermain kendhang dan jenis kendhang. Warna suara vokal berubah seperti orang dewasa. Teks lirik atau syair lagu Instrumen gamelan yang bentuk fisiknya terdapat benjolan di tengahnya. Sejenis vokal lagu atau dalam karawitan lazim disebut antar nada atau interval Frekuensi pada sebuah nada Irama gendhing yang cepat Irama gendhing yang lirih Jenis gendhing yang gagah dan tabuhannya keras. Kerangka kayu yang digunakan untuk menggantung pencon pada instrumenkempul dan gong. Pola tabuhan yang jaraknya saling berdekatan atau lebih intens. Pola tabuhan maupun irama yang jaraknya agak jauh atau panjang. Tanya jawab lirik lagu dalam gendhing. Vokal pria dalam karawitan Vokal wanita dalam karawitan Ajakan dari kendhang untuk akan mengajak berhenti. Bagian putaran melodi gendhing atau interlude. Orientasi Istilah-Istilah dalam Pembelajaran Seni ... 11 Orientasi dari Istilah menuju Mental Response dan Behavioral Response Terlihat jelas berdasarkan yang terpapar pada Tabel 1 bahwa setiap istilah dalam karawitan mempunyai makna tersendiri yang mengacu pada objek atau konsep tertentu. Merujuk pada konsep semiotika dari Pierce bahwa “It is a combination of representations, objects and interpretations”. Apabila di dalam istilah terdapat kombinasi tiga hal meliputi representasi, objek, dan interpretasi maka sebuah istilah terkait dapat melahirkan fungsi komunikatifnya. Sebab dalam sebuah kata terdapat “tanda” yang merupakan ciri representasi yang paling utama, “Its main representation is a sign,” Afisi, 2020, p. 272. Selanjutnya pemrosesan istilah kata dilakukan dengan interpretasi sehingga nantinya akan menghasilkan suatu pe-makna-an, atau dalam Karawitan Jawa merupakan representasi tanda yang merujuk pada suatu objek tertentu, hingga pada akhirnya mempunyai makna. Relevansinya dengan konteks pembelajaran Karawitan Jawa terletak pada sulitnya pemaknaan tanda tersebut atau sulitnya mengidentifikasi istilah-istilah dalam karawitan. Sulitnya pemaknaan terhadap tanda atau istilah dalam karawitan tersebut disebabkan oleh perbedaan pemaknaan terhadap tanda tersebut, karena masalah utamanya yakni perbedaan latar belakang kebudayaan dan tradisi musikal, sehingga dengan sendirinya menimbulkan sebuah perbedaan pemaknaan terhadap istilah-istilahnya. Perbedaan-perbedaan istilah tersebut menjadikan para siswa terutama siswa awam sangat sulit memahami makna istilah tersebut. Masalah kebahasaan atau pemahaman awal para siswa awam terhadap istilah tersebut sudah menjadi persoalan yang mendasar. Demi mengatasi problematika tersebut, maka sangat perlu dibutuhkan kreativitas guru karawitan untuk menstimulus para siswa awam melalui aspek psikologi kognitifnya. Dan diharapkan dari aspek ini dapat membangun mental response dan behavioral response untuk memahami istilah-istilah Karawitan Jawa dan melanjutkannya pada praktik bermusik. Sebelum menginjak materi tentang karawitan, langkah kreatif guru yang wajib dilakukan pada tahap awal yakni memberikan stimulus dengan menjelaskan atau menyampaikan Kebudayaan Jawa terlebih dahulu. Apabila seorang guru memiliki kreativitas yang tinggi pastinya teknik penyampaian pengenalan Kebudayaan Jawa dilakukan melalui berbagai media pembelajaran. Media instukrional yang cukup populer saat ini seperti infografis Pratama & Herbekti, 2021; Pratama, Surahman, & Hartoto, 2021. Mengingat media pembelajaran merupakan sarana yang difungsikan untuk membantu berinteraksi dan berkomunikasi selama proses pembelajaran. Terdapat dua unsur utama dalam media pembelajaran, pertama adalah perangkatnya itu sendiri, sedangkan yang kedua adalah pesan yang dibawa. Media lain untuk pengenalan Kebudayaan Jawa juga dapat berupa buku-buku non-fiksi tentang kebudayaan Jawa ataupun sejarah tradisi Jawa. Selain itu seperti yang dikemukakan Alan Merriam Takari, 2009, bahwa pada dasarnya musik tradisi tidak dapat dipisahkan dari kebudayaannya sehingga perlu dilakukan penyampaian pada hal-hal yang bersifat kontekstual. Upaya kreatif guru selanjutnya selain menggunakan media buku dan cerita-cerita Kebudayaan Jawa adalah menggunakan media pembelajaran dalam bentuk video atau audio-visual diterima indera pendengaran dan pengelihatan. Strategi kreatif demikian dapat merangsang psikologi kognitif siswa awam, faktanya dapat dilihat melalui indikatornya yaitu muncul atau timbulnya respon mental mental response maupun respon perilaku behavioral response dari siswa. Pemanfaatan media seperti ini diharapkan membuat proses pembelajaran karawitan menjadi lebih efektif, interaktif, serta dapat menarik atensi siswa. Hal demikian relevan dengan apa yang dikatakan Jogiyanto bahwa perilaku merupakan tindakan nyata yang dilakukan individu atas dasar hasrat untuk melakukan sesuatu tertentu Doni, 2017, p. 16. Respon mental dan respon perilaku dapat timbul secara spontan apabila menggunakan video. Video yang digunakan sebagai media dapat berisi This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike International License. 12 2022 liputan Budaya Jawa atau bahkan sampai pada tahap merasakan suasana Jawa njawani. Selain langkah strategis pengenalan karawitan melalui media pembelajaran video. Ada poin yang lebih vital diperhatikan, yaitu sejauh mana daya tarik siswa terhadap apa yang ditampilkan dalam video tersebut, tentunya hal tersebut bukan semata-mata dapat dipastikan berhasil menstimulus siswa, namun kembali lagi pada gurunya, karena kreativitasnya sangat tergantung pada guru yang menyampaikan materi melalui video tersebut. Caranya dapat langsung dengan menjelaskan unsur penting di dalam video dengan cara paused memberhentikan video sejenak pada bagian tertentu, agar selanjutnya guru menjelaskan lebih dalam terkait apa istilahnya dan perannya sebagai apa. Setelah dilakukan orientasi istilah-istilahnya, dapat dilanjutkan pada tahap merangsang siswa pada tingkatan rasa. Istilah rasa roso ini sering dimaknai sebagai sesuatu yang menyentuh hati atau batin. Rasa dalam karawitan dapat mudah dirasakan berdasarkan pengalaman kultural, seperti pengalaman musikal siswa dalam mendengarkan bunyi gamelan, sehingga aspek-aspek musikologis yang termuat di dalamnya seperti ritme, tempo, irama, harmoni, dan melodi dapat didengarkan dan dirasakan secara langsung. Penyampaian materi karawitan yang diberikan melalui bantuan media pembelajaran menjadi sebuah rangsangan atau stimulus yang cocok terutama bagi para siswa awam, sehingga berdasarkan pada teori psikologi kognitif, nantinya dapat melahirkan mental respone berupa perhatian attention dan juga behavioral response. Misalnya seperti contoh istilah “tembang, cakepan, gendhing” akan terdengar asing dan aneh bagi siswa awam yang tidak terbiasa dengan nuansa Jawa. Namun berbanding sebaliknya apabila istilah ini telah tertanam dalam pikiran siswa, secara otomatis akan memunculkan mental response, para siswa yang telah mendapat materi-materi melalui media pembelajaran seperti video, audio, teks akan mewujudkannya dalam perilaku atau dapat disebut behavioral response. Bukti konkret dari behavioral response siswa adalah berupa senandung, nyanyian bahkan tabuhan pola karawitan itu sendiri. Peran sebuah istilah menjadi sangat vital dalam proses transformasi makna. Sebuah istilah merupakan bentuk kebahasaan yang ditangkap oleh indera, untuk selanjutnya diproses di dalam jiwa seseorang, maka terbentuklah mental response, sebelum kemudian ditanamkan dalam kesadaran serta diwujudkan dalam pola perilaku Goldstein, 2011, p. 7. Proses penerimaan informasi yang kemudian ditanamkan dan diendapkan dalam jiwa seseorang disebut “mental response”, yang isinya dapat berupa sebuah perhatian attention maupun sebuah tanggapan perception. Psikologi kognitif merupakan upaya atau cara seseorang mempelajari, mempersepsikan, menganalogikan, mengingat, berpikir, serta upaya mewujudkan sebuah pemahaman ke dalam sebuah tindakan nyata atau perilaku. Penyampaian materi yang meliputi istilah-istilah karawitan yang termuat dalam media teks, audio, visual maupun audio visual akan dapat membangun mental response setelah melalui proses timbulnya perhatian attention dan tanggapan perception. Demikian setelah mental response terwujud, otomatis akan berjalan menuju proses berikutnya, yakni timbulnya respon perilaku behavioral response dari siswa yang telah diberikan materi dengan bantuan stimulus guru melalui kreativitasnya. Hasilnya secara nyata akan terwujud dalam bentuk memainkan gamelan dengan penuh antusias dan semangat tanpa ada kesulitan yang berarti. Kesimpulan Berdasarkan analisis konsep psikologi kognitif, orientasi istilah dasar Karawitan Jawa merupakan aspek vital untuk siswa awam sebagai landasan kompetensi materi. Pemahaman istilah-istilah karawitan tersebut apabila dilihat secara prosesnya memang membutuhkan waktu yang cukup panjang. Namun hal tersebut dapat bermanfaat setelahnya, karena kemudahan mempelajari instrumen gamelan dalam Karawitan Jawa pada saatnya dapat meningkatkan antusias para siswa, terutama yang awam atau pemula. Hasil antusiasme yang timbul Orientasi Istilah-Istilah dalam Pembelajaran Seni ... 13 akan mendorong siswa lebih mendalami karawitan, terutama demi mengupas nilai-nilai luhur yang terkandung dalam semua unsur seni Karawitan Jawa tersebut. Seperti nilai sosial kemanusiaan, nilai kultural, nilai religiusitas, nilai filosofis, dan juga nilai estetika dari pengalaman bermain gamelan itu sendiri. Puncaknya siswa dapat memperoleh sebuah hakikat rasa roso dari estetika Seni Karawitan Jawa tersebut. Para guru Mapel Seni Budaya atau khususnya pengajar seni karawitan dapat menjadikan pertimbangan praktis dari usulan konsep demikian. Mengingat penyampaian materi yang dilakukan guru dengan stimulus kreatif berpotensi membentuk mental response sampai dengan behavioral response siswanya. Pembelajaran seni musik tradisi yang bersifat praktik seperti halnya Karawitan Jawa ini hendaknya juga diberikan pemahaman aspek budaya terlebih dahulu pada awal pertemuan sebelum masuk pada ranah praktik. Kreativitas guru dapat diwujudkan dari pemilihan media, metode, dan teknik pengajaran di kelas. Referensi Afisi, O. T. 2020. The Concept of Semiotics in Charles Sanders Peirce’s Pragmatism. In Trends in Semantics and Pragmatics pp. 271–274. Asrul, Ridlo, S., & Susilo. 2018. Creative Thinking Analysis, Motivation and Concept Mastery on Learning of Cooperative Discovery Model in Elementary School. Journal of Primary Education, 71, 48–56. Craig, R. T. 1999. Communication Theory as a Field. Journal Communication Theory, 92, 119–161. Doni, F. R. 2017. Perilaku Penggunaan Media Sosial pada Kalangan Remaja. Jurnal IJSE Indonesian Journal of Software Engineering, 32, 15–23. Dryden, G., & Vos, J. 2002. Revolusi Cara Belajar = The Learning Revolution Belajar Akan Efektif Kalau Anda dalam Keadaan “Fun” Bagian II Sekolah Masa Depan A. Baiquni, ed.. Bandung Kaifa. Gitosarodjono, S. 1971. Iktisar Teori Karawitan dan Teknik Menabuh Gamelan. Malang Keluaga Karawitan Studio. Goldstein, E. B. 2011. Cognitive Psychology Connecting Mind, Research, and Everyday Experience 3rd ed.. Boston, USA Cengage Learning. Griffiths, M. 2014. Encouraging Imagination and Creativity in the Teaching Profession. European Educational Research Journal, 131, 117–129. Hartanti, C. D. 2021. Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Karawitan Jawa. Musikolastika Jurnal Pertunjukan Dan Pendidikan Musik, 31, 62–71. Hood, M. 1966. Slendro and Pelog Redefined. In Selected Report Vol. 1. Retrieved from Kaplan, D. E. 2019. Creativity in Education Teaching for Creativity Development. Scientific Research Psychology, 102, 140–147. Kasmaienezhadfard, S., Talebloo, B., Roustae, R., & Pourrajab, M. 2015. Students’ Learning Through Teaching Creativity Teachers’ Perception. Journal of Educational, Health and This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike International License. 14 2022 Community Psychology, 41, 1–13. Kunst, J. 1949. Music in Java I. Leiden, Netherlands The Hague. Littlejohn, S. W., Foss, K. A., & Oetzel, J. G. 2011. Theories of Human Communication. Illinois, USA Waveland Press Inc. Martopangrawit, M. 1975. Pengetahuan Karawitan I. Surakarta ASKI Surakarta. Pehala, I. A., Anindita, K. A., & Rosyidi, M. 2017. Jenis, Fungsi, dan Makna pada Frasa dan Kata Majemuk dalam Puisi Don Quixote Karya Goenawan Mohamad. Haluan Sastra Budaya Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Humaniora, 11, 74–85. Pratama, U. N., & Herbekti, S. 2021. Penilaian Presentasi Infografis Materi Pedagogi Seni Pertunjukan untuk Mendukung Pembelajaran Zoom Meeting. Educate Jurnal Teknologi Pendidikan, 62, 61–71. Pratama, U. N., Surahman, E., & Hartoto. 2021. Perceptions of Performing Arts Education Students’ on Infographic-based Presentations as Learning Media for Online Meeting Video. Proceedings - 2021 7th International Conference on Education and Technology, ICET 2021, 140–146. Seeger, C. 1977. On the Moods of a Music Logic. Berkeley, USA University California Press. Supanggah, R. 2002. Bothekan Karawitan I. Jakarta Ford Foundation & Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Takari, M. 2009. Etnomusikologi, Ilmu-ilmu Seni dan Pengembangan Teori. In Studia Kultura No. 16. Retrieved from Yudoyono, B. 1984. Gamelan Jawa Awal Mula, Makna, Masa Depannya. Jakarta Karya Unipress. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Nendra PratamaSilvia Herbektip class="16bIsiAbstrak">Pembelajaran utama secara daring sampai saat ini masih dilaksanakan di semua tingkat dan jenis pendidikan, tak terkecuali di pendidikan tinggi kesenian. Terkait hal ini, pengajar perlu memanfaatkan teknik-teknik instruksional yang dapat mendukung kinerja secara daring. Peneliti telah melakukan implementasi pendekatan synchronous pembelajaran daring dengan aplikasi Zoom Meeting di lingkungan Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan. Berangkat dari hal tersebut, maka telah diterapkan teknik instruksional dengan presentasi infografis untuk penyampaian materi melalui kelas Zoom. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan desain presentasi berbasis infografis tentang materi pedagogi pendidikan dan pembelajaran seni pertunjukan dari sudut pandang ahli media. Metode riset yang dilakukan adalah validasi ahli atau survei pakar experts judgement survey . Pengambilan data melalui survei daring dengan instrumen kuesioner yang terdiri dari 4 kategori penilaian total item 32. Sumber data adalah sepuluh ahli media dari kalangan dosen Teknologi Pembelajaran. Analisis data dilakukan melalui penjumlahan rerata skor hasil survei, kemudian membagi ke setiap total kategori dan total skor per responden, serta mengonversi ke 4 kategori nilai kualitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentasi infografis yang diimplementasikan memiliki nilai kelayakan tinggi. Pembuatan presentasi infografis dalam implementasi penelitian ini menyesuaikan berbagai macam rekomendasi dari penelitian sebelumnya, sehingga media yang dihasilkan memiliki kelayakan tinggi dari persepsi ahli. Studi ini menyimpulkan bahwa desain presentasi berbasis infografis tentang materi kependidikan dan pembelajaran untuk pendidikan seni pertunjukan, telah dinyatakan layak dari sudut pandang ahli media. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan implikasi pada pengajaran materi kependidikan dan pembelajaran untuk kawasan bidang studi lain yang masih relevan. Penelitian mendatang dapat diarahkan untuk survei persepsi dari sudut pandang peserta didik yang menjadi audiens dari pemanfaatan media terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan frasa dan kata majemuk yang memiliki fungsi dan makna dalam puisi. Sumber data penelitian adalah 2 puisi Don Quixote. Teknik pengumpulan data dilakukan teknik pembacaan dan teknik pencatatan atau simak catat dan dianalisis dengan teknik analisis deksriptif kualitatif secara formal dan informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 jenis frasa yang ditemukan dalam kumpulan puisi ini ada 5, yaitu frasa determiner/FD, frasa nominal FN, frasa verba FV, frasa ajektiva F Adj. dan frasa preposisional F Prep.. 2 Fungsi yang dibedakan menjadi 3, yaitu referensial, puitis/estetis dan komunikatif. 3 Makna yang ada dalam sajak terdiri dari 5 yaitu denotatif, gramatikal, kiasan, idiom dan konotatif. 4 Fungsi frasa dan kata majemuk dalam sajak. Kata Kunci jenis, fungsi, makna, frasa, kata majemuk
beratikecil, halus atau rumit 3. Karawitan jawa menggunakan Titilaras. 4. pentatonik. dalam seni musik biasanya sering disebut notasi, yakni lambang-lambang untuk menunjukkan tinggi rendah suatu nada berupa angka atau lambang lainnya Sistem notasi yang dipakai dalam gamelan Jawa adalah notasi pentatonik yaitu hanya menggunakan 5 buah nada.
Nglaras. Menyetem, membagi nada tertentu pada qada dan qadar atau keberagaman pencon, menyamakan ia puas klonengan. Dengan cara dilaras ini beleganjur menjadi mak-nyus didengarkan sehingga tak terdengar sumbang blero. Ngukel. Tehnik memainkan melodi gender atau gambang sreg tangan kiri dengan aksi mirip takhlik lingkaran. Misalnya memukul nada 6 1 2 1 tautologis-ulang. Nguthik. Variasi permainan bonang supaya boleh runtut. Nguyu-uyu. Memukul gamelan dengan gendhing-gendhing bonang tanpa disertai radas muka gender, rebab dan pesindhen. Suntuk sebelum upacara pangih temanten, apabila didalam peralatan itu memakai beleganjur, maka pada waktu pagi tahun telah dibunyikan gending nguyu-uyu. Nitir. 1. tehnik memainkan instrumen kenong dalam jenis gendhing sampak, dimana pada tiap satu nada diisi dengan dau kali tabuhan atau birama kenong; 2. gerak mengaibkan puas tari gaya Yogyakarta. Niyaga. Juru gendang gamelan lihat gamelan Jawa, cinta juga disebut dengan pradangga atau wiyaga. Nyamleng . Penyajian uyon-uyon terutama dengan menggunakan organ tabuhan ngarep lihat tabuhan ngarep dan vokal. Nyigar perangkai. Lembaga dari bilahan saron dan gender yang lembaga penampangnya mirip rotan yang dibelah dua. Bentuk nyigar pengepang ini puas umumntya dipakai pada bilahan saron, sedangkan bilahan gender kuningan atau besi. Ombak. Ombak suara. Ombakan. Bentuk suatu lagu mulai sejak koteng dhalang dengan menggunakan ritual atau yang ditempatkan umumnya pada penutup berpokok suatu terserah-ada. Ombak banyu. Gerak pertukaran nan terletak pada tari putera halus dan dakar gaya Yogyakarta. Ombak berarti ‘ombak’ banyu, banyu berjasa ‘air’. Gerak ini bernama ombak banyu karena plong periode menggagas fisik ke kiri dan ke kanan caruk didahului dengan gerak ke atas sama dengan gerak ombak air. Gerak ini dipakai pada tari Lawung dan adegan-adegan hadapan pada sandiwara radio tari. Ombak banyu wirama rangkep . Gerak ombak banyu lihat ombak banyu nan dilakukan dengan irama rangkap rangkep yakni dua kelihatannya kian lambat dari ombak banyu biasa. Gerak ini dipakai pada tari putera lembut dan bahadur kecondongan Yogyakarta seperti tari Lawung dan adegan-adegan penghadapan pada drama tari. Ompak . Bagian berasal gendhing lihat gendhing yang ada di cahaya muka sebelum gendhing buku. Biasanya dibunyikan dua kali tetapi bisa pula diulang-ulang menurut kebutuhannya. Ompak-ompak. Sebagaimana embat tatap pada embat. Istilah ini umum digunakan didaerah Yogyakarta. Padhang rembulan. Instrumen yang berbentuk memakai pencu lihat pencu, tetapi yang dibuta mengkilat tetapi puas bagian pencu dan rai saja Pakis. Alat nan digunakan bagi menyergap supaya bilahan saron lihat saron tidak mudah bergeser ke kanan ataupun ke kiri. Palenggahan . Kulit lembu sebesar kebat pinggang yang dipaku pada lawak kanan dan kiri bakal meletakkan kendhang agar boleh terletak seperti mengantung sehingga suaranya menjadi bening. Pangkat ndhawah. Transisi berpunca gendhing lihat gendhing ke bagian ndhawah. Pangkat minggah . Persilihan bermula gendhing tatap gendhing ke bagian minggah. Pangkon. Tempat meletakkan bilahan spesies saron yang dibuat bermula kayu yang bentuknya mirip sobek dengan adegan kanan kiri terdapat hiasan mirip puntalan, puas bagian paruh terdapat semacam lubang berbentuk catur persegi tingkatan sebagai resonator. Pangkon ini memiliki wana kaki, dan nan bagus dibuat terbit kayu nangka. Pangrawit . Sama dengan pradangga lihat pradangga. Panungul. Logo nada di dalam gamelan lihat gamelan. Untuk pencatatannya biasa diganti dengan poin 1. Nada penunggul namun terdapat pada gamelan laras pelog. Papa rara. Orang nan belajar memainkan gamelan di mana manusia tersebut kadang-kadang belum perantaraan mempelajari kaidah-mandu memukul klonengan, sehingga pelajaran itu dimulai berusul awal dan menutupi pangkal-dasarnya. Pasu. Fragmen got rai lihat rai yang melengkung menghubungkan babak rai dan bau puas variasi pencon. Patalon. Rangkaian beberapa bakal gendhing yang dibunyikan sebelum pertunjukkan wayang dimulai. Untuk wayang di distrik Surakarta memperalat rangakaian gendhing Patalon dimulai mulai sejak gendhing Cucurbawuk diteruskan Pareanom kemudian diteruskan kembali ladrang Srikaton dan Ketawang Sukmailang, Menyaring-ayakan, Srepegan dan diakhiri dengan Sampak, semuanya pathet Manyura. Koalisi tersebut untuk wayang kulit purwa. Patapukan. Tatap wayang masker. Pathet. Menunjukkan tinggi rendahnya nada suatu lagu atau gendhing dan sekali lagi mewatasi menanjak turunnya irama. Pelemahan. Punggung berbunga macam bilahan yang bagian perdua. Pelog . Logo irama didalam gamelan tatap beleganjur. Bikin pencatatannya biasa diganti dengan nilai 4, nada pelog hanya terletak plong gamelanl aras pelog lihat laras pelog. Pemacu kandha . Tukang baca pemaca bacaan ceritera kandha pada sandiwara bangsawan tari wayang wong kecondongan Yogyakarta. Ahli baca ini duduk deretan terdepan. Bahasa Jawa Krama hierarki, kecil-kecil untuk pemaca kandha lihat pemaos kandha. Pemangku lagu . Instrumen nan bertugas menyanyikan lagu kunci atau balungan tatap balungan. Yang termasuk pemangku lagu ialah saron, demung, peking dan slenthem. Pemangku nada. Perangkat yang bertugas menggunakan kendhang privat bentuk gendhing lihat gendhing dan menunjukkan tipe irama, yang terdaftar pemangku irama ialah kethuik, kenong, kempul dan gong. Pemurba irama. Instrumen yang memimpin atau menentukan lagu, instrumen yang bertuigas sebagai pemurba lagu yaitu rebab, gender, dan bonang. Pencon . lagu pencu. Pencu . Penggalan yang menonjol berbentuk ½ buntar telur yang terletak pada bagian atas berasal kenong, bonang, kethuk, kempyang, slentho, kempul, kenung, bendhe. Pengirit. Makhluk yang mempunyai jabatan menganjuri sekelompok juru gendang beleganjur di Keraton. Penitir . Instrumen palu puas gamelan monggang tatap beleganjur monggang bentuknya mirip dengan bonang saja agak besar invalid, berjumlah 3 pencon tatap pencu, disusun berjajar di atas rancakan lihat rancakan dengan nada 1,6 dan dipukul oleh 3 orang. Penonthong. Instrument pemukul pada klonengan monggang tatap gamelan monggang, bentuknya mirip dengan kenong doang kira kecil, jumlahnya 2 biji zakar dengan nada 4 dan 7 pelog dan dagangan. Penthat. Episode punggung dari bathokan lihat bathokan. Penyenther . Tukang tari nan memimpin jalannya pertunjukkan pada tari Dhoger khususnya di daerah Giri Kidul. Penari itu membawa aba-aba gendhing atau penayub lainnya,sering pula berfungsi sebagai pawang lihat pawang. Pesindhen. Vokalis puteri, caruk pula disebut waranggana. Pethat. Tiruan sisir yang dibuat dari bawak atau sapi, ditatah diberi warna prada dan diberi hiasan ketep dan mote, dipasang puas bagian belakang irah-irahan taris pada tepen lihat tepen. Pi. Singkatan mulai sejak pitu, yaitu nada tujuh atau dalam gamelan disebut komoditas. Pidih. Bahan solek ataupun make-up plong wayang kelitik wong yang warnanya hitam. Fungsinya untuk memberi kejelasan pada bagian-bagian yang perlu diberi warna hitam. Pilesan. Variasi kedua permainan kendhang batangan untuk irama 3. Pindhah pathet . Transposisi. Pindharsa . Tanjak lihat tanjak yang pertama pada penutup babak merong lihat merong dari suatu lagu gamelan atau gendhing lihat gendhing. Pipi. Bagian samping yang mencembung mulai sejak instrumen kemanak lihat kemanak tempat jatuhnya alat pemukul. Pipilan . Berpunca alas kata pipil yatiu suatu pekerjaan mengambil sesuatu perlahan-lahan sedikit dilakukan secara kontinyu. Pipilan pada bonang dimaksudkan menapuk suatu persatu. Placak . Tempat dudukan penyangga kendhang, berbentuk tikungan-kelukan kanan dan kiri diberi selerang mirip ikat pinggang sebagai penyangga bila kendhang diletakkan. Plajaran. Bentuk gendhing dimana tiap-tiap balungan pokok disertai pukulan kenong nan genap disertai birama kempul. 2 2 2 1 3 2 1 2 balungan pokok falak n/p n/p kaki langit/p n/p n/p pukulan kenong n dan kempul p. Playon. lihat plajaran. Plesedan. Memukul kenong enggak sesuai dengan nada balungan tatap balungan dengan pamrih untuk memberitahukan bahwa akan diganti variasi lagu yang telah diualang.
Vocalgrup yang membawakan tembang jawa dalam seni karawitan disebut .. a. kanon b. koor c. gerong d. panembromo. mesialysia Dlm seni karawitan disebut.=d.panembromo . 14 votes Thanks 24. nianatalia89 Jawabannya d. panembromo. Apriliaeka41 December 2018 | 0 Replies . Jelaskan perbedaan lagu tradisional sebagai lagu rakyat dan lagu
Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrument sebagai pernyataan musical yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa jawa rawit berarti rumit, berbelit – belit, tetapi rawit juga bararti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada nondiatonis dalam laras slendro dan pelog yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memilikia fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar. Seni gamelan jawa mengandung nilai-nilai histories dan filsofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan jawa merupakan salah satu seni budaya yang siwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Secara Hipotesis, masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah wayang dan gamelan. Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk kategori pusaka Timbul Haryono, 2001. Secara filosofis gamelan jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikaian disebabkan filsafat hidup masyarakt Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jwa serta berhubungan dekat dengan perkembangan religi yang dianutnya. Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada beberapa kakawin Jawa Kuno. Arti kata gamelan, sampaio sekarang masih dalam dugaan-dugaan. Mungkin juga kata gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalahalat untauk memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan, barang yang sering digembal namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan itu adalah perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang sering dikumpul-kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu digembel-gembel atau dipukul-pukul Trimanto,1984. Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing Trimanto, 1984. Diambil dari buku Seni Karawitan Jawa, Dr. Purwadi, dan Drs. Afendy Widayat. 2006
Kendangmerupakan salah satu alat musik dalam karawitan jawa yang teknik memainkannya dengan cara dikebuk (memukul-mukul menggunakan telapak tangan pada penampang kanan-kiri kendang). Atau dalam istilah lainnya sering disebut sebagai kendang batangan, memiliki karakteristik suara yang lebih tinggi jika dibanding dengan kendang lainnya
Ilustrasi Karawitan Jawa. Foto satu seni musik tradisional Indonesia yang diketahui oleh masyarakat luas ialah karawitan. Pertunjukan seni ini tersebar di berbagai wilayah di Pulau Jawa, Bali, dan wilayah lain di Indonesia. Kita dapat menemukan berbagai jenis karawitan seperti karawitan Jawa, karawitan Sunda, karawitan Bali, dan berbagai jenis karawitan buku berjudul Wiwara Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa karya Harimurti Kridalaksana, karawitan adalah kesenian musik tradisional Jawa yang menampilkan nada dan irama tertentu secara harmonis. Adapun jenis instrumen yang digunakan dalam pagelaran musik ini adalah hanya menyuguhkan permainan musik gamelan, pertunjukan karawitan juga menyajikan kebolehan vokal para penyanyi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa karawitan adalah seni tradisional yang memadukan seni musik instrumen dan seni Musik KarawitanMengutip dari buku Musik Tradisional oleh Hanun Adhaninggar, berdasarkan bentuk dan fungsinya, karawitan dapat digolongkan menjadi tiga jenis, di antaranyaSeni karawitan menjadikan vokal sebagai salah satu unsur pembangunnya. Umumnya, karawitan vokal menyajikan berbagai nyanyian yang dikenal dengan dengan namanya, karawitan ini menonjolkan pertunjukan alat musik gamelan. Terdapat dua macam karawitan instrumental, yakni karawitan bonangan dan karawitan karawitan ketiga merupakan perpaduan antara karawitan vokal dan karawitan instrumental. Unsur vokal maupun unsur instrumen dalam pertunjukan karawitan ini saling di pertunjukan karawitan. Foto Flickr/Rangga WiladikaKarawitan JawaMengutip jurnal berjudul Seni Karawitan Jawa Pendidikan Budi Pekerti oleh Noor Sulistyobudi, meski tersebar di berbagai daerah, karawitan Jawa lebih dikenal oleh masyarakat luas. Inilah mengapa, istilah karawitan kerap dilekatkan dengan budaya persebarannya dapat ditemukan di berbagai daerah, cara memainkan karawitan pun berbeda antar-wilayah. Komponen yang membedakan karawitan Jawa dengan daerah lainnya ialah alat musik yang digunakan, bunyi yang dihasilkan, materi yang diberikan, dan adat ketika Sumaryono dalam Sulistyobudi, adanya perbedaan tersebut salah satunya diakibatkan oleh pandangan hidup masyarakat Jawa. Masyarakat yang terletak di kepulauan Sunda Besar ini memiliki pandangan hidup untuk senantiasa menjaga keselarasan dalam berbicara dan bertindak. Nilai tersebut salah satunya divisualisasikan melalui suara rebab yang berpadu seimbang dengan bunyi kenong, kendang dan gambang, serta suara gong pada setiap penutup buku Seni Budaya untuk SMA/SMK/MA/MAK Kelas XII oleh Agus Budiman, dkk., karawitan Jawa menggunakan notasi nada-nada Kepatihan yang diciptakan oleh Wreksodiningrat sekitar 1910 di Surakarta, Jawa tersebut kerap digunakan untuk pembelajaran musik atau seni karawitan Jawa dengan lambang angka. Adapun notasi karawitan Jawa dapat dituliskan sebagai berikutUntuk memahami notasi karawitan Jawa, simak gambar berikut notasi karawitan jawa karya Wreksodiningrat . Sumber Agus Budiman, dkk. dalam buku Seni Budaya untuk SMA/SMK/MA/MAK Kelas XII. Itulah penjelasan terkait karawitan Jawa, semoga bermanfaat!Apa yang dimaksud dengan karawitan?Sebutkan jenis musik karawitan!Bagaimana notasi karawitan Jawa?
Gamelansendiri diartikan sebagai seperangkat alat musik tradisional Jawa dan berbagai wilayah di Indonesia. Dalam bahasa halusnya gamelan biasa disebut dengan sebutan gongso yang berasal dari kata goso, singkatan dari bahannya yaitu tembaga dan rejasa (timah putih). Bahan gangsa berarti campuran dari dua bahan tersebut.
- Cara penulisan musik disebut dengan notasi. Notasi musik sangat penting dalam sebuah karya musik. Notasi musik sering dilambangkan dengan not dan wujud tulisannya yang sering disebut partitur. Dalam jurnal Pembelajaran Notasi Musik Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Studi Kasus Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan Kelas 7 di SMPN 11 Kota Bengkulu 2015, Putri Sola Gratia, dkk, notasi musik merupakan sistem penulisan musik. Artinya musik ditulis menggunakan serangkaian notasi, bergantung pada jenisnya. Jenis notasi musik yang paling sering digunakan ialah not angka dan not balok. Berbeda jenisnya, maka berbeda pula cara penulisannya. Notasi angka Notasi musik yang menggunakan simbol angka disebut notasi angka. Menurut Thusana Hakim dalam buku Lagu-lagu Daerah dalam Permainan Gitar Pop Klasik 2006, notasi angka merupakan simbol nada yang terdiri atas angka 1 hingga 7. Baca juga Cara Menghitung Pola Irama Lagu Notasi angka digunakan untuk menulis nada yang sudah dikenal dengan bunyi do 1, re 2, mi 3, fa 4, sol 5, la 6 si 7 do i.Untuk penulisan notasi angkanya, nada tinggi akan diberikan titik pada bagian atas angkanya. Sedangkan untuk nada rendah, titik akan diletakkan di bagian bawah angkanya. Notasi angka cukup banyak digunakan dan dianggap lebih mudah dibaca dibanding jenis notasi musik lainnya. Notasi balok Selain notasi angka, jenis notasi balok juga sangat lumrah digunakan dalam penulisan musik atau lagu. Dibanding notasi angka, jenis notasi ini jauh lebih lengkap penulisannya. Notasi balok ditulis menggunakan gambar atau simbol yang memiliki makna nilai tertentu. Mengutip dari buku Mahir Bermain Gitar 2016 karya Ahmad Faisal Al Kautsar, penulisan notasi balok didasarkan pada paranada yang memiliki lambang berbeda untuk tiap nadanya. Perbedaan lambang juga menunjukkan durasi serta ketinggian nada tersebut. Baca juga Perbedaan Tangga Nada Mayor dan Minor Untuk tinggi nada, digambarkan secara vertikal. Sedangkan untuk waktu atau ritme digambarkan secara horizontal, serta durasi nada dalam musik digambarkan dengan ketukan. Notasi balok digambarkan di garis pranada yang berbentuk garis lurus horizontal memanjang. Notasi angka dan balok memang paling banyak digunakan, namun selain dua jenis ini, ada notasi gambar dan simbol yang juga digunakan. Notasi gambarSesuai dengan namanya, notasi gambar menggunakan gambar atau ilustrasi sebagai petunjuk nadanya. Beberapa jenis gambar yang sering digunakan ialah hewan. Misalnya nada do’ dilambangkan dengan ikan, nada re’ dilambangkan dengan angsa, dan sebagainya. Notasi simbolBerbeda dengan notasi gambar, notasi simbol biasanya digambarkan dengan isyarat tangan atau gerakan tubuh. Contohnya untuk menunjukkan nada rendah, tangan diarahkan ke bawah. Sedangkan untuk nada tinggi, tangan diarahkan ke atas. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
InstrumenBentuk instrumen gamelan Gong Gede ada dua jenis yakni : 1. Berbentuk bilah. 2. Berbentuk (moncol). Menurut Brata, instrumen yang berbentuk bilah ada dua macam : bentuk bilah bulig, dan bilah mausuk. Bentuk bilah bulig bisa disebut dengan : metundun klipes, metundun sambuk, setengah penyalin.
Salah satu kesenian yang dimiliki bangsa Indonesia adalah Seni Karawitan Jawa. Bagi masyarakat awam biasanya suka menyebutnya sebagai musik gamelan. Karawitan adalah kesenian musik tradisional Jawa yang mengacu pada permainan musik gamelan. Kesenian karawitan ini dikemas dengan alunan instrumen dan vokal yang indah sehingga enak untuk didengar dan dinikmati. Image ISI Yogyakarta Karawitan berasal dari kata “rawit”, yang dalam bahasa Jawa berarti rumit/ berbelit-belit. Namun kata “rawit” juga dapat berarti halus dan indah. Karawitan ini dikatakan rumit karena merupakan perpaduan berbagai instrumen gamelan yang berlaras nondiatonis yang digarap menggunakan sistem notasi, warna suara, dan ritme sehingga menghasilkan suara yang indah dan enak untuk didengar. Sehingga pengertian karawitan bisa diartikan sebagai suatu karya seni yang memiliki sifat yang halus, rumit, dan indah. Seni Karawitan di bagi 3, yaitu Karawitan Sekar yaitu salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya lebih mengutamakan terhadap unsur vokal atau suara manusia. Karawitan sekar sangat mementingkan unsur vokal. Karawitan Gending yaitu salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya lebih mengutamakan unsur instrumental atau alat musik. Karawitan Sekar Gending yaitu salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya terdapat unsur gabungan antara karawitan sekar dan gending Gamelan sendiri merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Jawa dari dulu hingga sekarang. Terlihat dari kesenian dan budaya Jawa yang tidak lepas dari alat musik satu ini. Beberapa kesenian tradisional Jawa yang menggunakan alat musik gamelan seperti wayang, seni tari, dan seni teater seperti ketoprak, wayang uwong orang, dan masih banyak lagi, salah satunya adalah kesenian karawitan. Kesenian karawitan ini merupakan kesenian yang sangat terkenal di masyarakat Jawa dan Indonesia sebagai salah satu warisan seni dan budaya yang kaya akan nilai historis dan filosofis. Sebagai bangsa besar yang memiliki keragaman budaya, sudah sepantasnya kita melestarikan kesenian yang dimiliki bangsa Indonesia. Salah satu perguruan tinggi yang memiliki program studi Seni Karawitan Jawa adalah Institut Seni Indonesia ISI Yogyakarta. Program Studi Karawitan merupakan lembaga pendidikan tinggi seni yang berfungsi sebagai pusat informasi, studi, pelestarian, dan pengembangan seni karawitan Seni Karawitan Jawa – Padamu Negeri
Gendèr Alat musik pukul metalofon atau logam (kuningan, perunggu, besi) yang b erbentuk bilah -bilah, berjumlah 10 -14 bilah. Penggender atau orang yang menabuh gender dalam seni karawitan adalah sebagai pemangku lagu. Instrumen ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul berbentuk bundaran berbilah dari kayu berlapis kain.
Makna Proses Kreasi MusikPada umumnya proses kreasi identik dengan diberlakukannya aktivitas dalam bidang seni. Kreasi adalah kegiatan yang bermuara pada lahirnya suatu karya seni. Dimana dalam proses kreasi bertijuan menghadirkan sesuatu dari tidak ada menjadi satunya adalah sebuah karya seni dapat berwujud musik. Karya seni musik merupakan objek kasat indra yang dapat didengar bersifat auditory. Suatu karya seni musik sebagai objek pengamatan berlaku untuk semua karya seni musik pada dasarnya mempunyai maksud serta tujuan yang ingin dikomunikasikan kepada seluruh apresiator seni khususnya para pendengar musik. Karya seni musik hadir dikarenakan adanya kreativitas dari hasil penciptaan seseorang serta dapat berasal dari pengungkapan gagasan dari proses kreatif yang terinspirasi dan tercipta dari sutu feomena kehidupan manusia serta ini merupakan proses kreatif meliputi tahap Persiapan Inkubasi Ilmuniasi, serta VertifikasiMenurut Munandar 2002 9 berpendapat bahwa kreativitas sebagai dimensi fungsi kognitif yang saling bersatu yang dapat dibedakan dari intelegensi akan tetapi berfikir diverge atau kreatif. Kreatif juga bisa menunjukan hubungan yangbermakna dengan berfikir konverge atau intelegensi. Sifat kreatif adalah ciri dari suatu Seni merupakan produk dari hasilkarya seni seseorang senniman . Produktivitas kreatif dapat terpengaruhi oleh pengubah majemuk yang meliputi faktor sikap, motivasi, serta temperamen di saping kemampuan kreatifitas merupakan sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu hal yang sangat baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru antara unsur yang sudah ada dalam pengembangannya terdapat 4 empat aspek yang sangat mempengaruhi yaitu Pribadi, Pendorong, Proses, serta Produk. Kreativitas merupakan proses merasakan, mengamati, serta membuat dugaan mengenai adannya kekurangan masalah, menilai serta enguji suatu dugaan atau hipotesis, lalu mengubahnya dan mengujinya kembali, sampai akhirnya dapat menyampaikan hasilnya. Munandar. 2002 39 Simbol MusikPada umumnya nadadiatonis yang mempunyai arti dua jarak nada, yaitu jarak 1 200 Cent Hz dan jarak ½ 100 Cent Hz dapat dilambangkan sebagai berikut Nada Angka1 2 3 4 5 6 7 1’Nada Hurufc d e f g a b c’Ataud r m f s l t dDibacado re mi fa so la ti doInterval nada1 1 ½ 1 1 1 ½200 200 100 200 200 200 100Berikutny terdapat beberapa simbol musik terkait dengan sistem nada pentatonik yang berarti lima nada pokok yangtumbuh serta berkembang di daerah, yang akan dilambangkan sebagai berikut 1 Karawitan Sunda Notasi Daminatila, yang mempunyai lima nada pokok disimbolkan denganAngka1 5 4 3 2 1Disebut nada relatifHurufT S G P L TDisebut nada mutlakDibacada la ti na mi daT Singkatan dari Tugu yang dilambangkan nada 1 dibaca daL Singkatan darI Loloran yangdilambangkan nada 2 diaca miP Singkatan dari Panelu yangdilambangkan nada 3 dibaca naG Singkatan dari Gamiler yang dilambangkan nada 4 dibaca tiS Singkatan dari Singgul yangdilambangkan nada 5 dibaca laSelain nada pokok,dalam karawitan jugaterdapat nada sisipan atau nada hiasan . Nada tersebut dalam istiah lan disebut dengan nada uparenggaswara Sunda . Contohnya nada pamiring atau nada meu 2 + Bungur atau anda ni 3- pananggis ataunada teu 4 + serta sorong ataunada leu 5 + . Nada uparenggaswara tersebut dalam istilah musik dapat disebut dengan nada kromatik, contohnya f menjadi fis 4 .Laras yang merupakan susunan dari nada pentatonis dapat diklasifikasikan menjadi 2 dua kelompok besar, yaitu Laras Selendro dan Laras Pelog. Berdasarkan penelitiandari para ahli musik dan para akademis, Laras Slendro di daerah Sunda melahirkan tiga laras, yaitu larasslendro. Laras degung, serta laras medenda. Sedangkan Laras Pelog melahirkan tiga suru pan,yaitu surupan jawar, surupan sorog, serta surupan Karawitan Jawa Notasi yang digunakan untuk gending ataukarya musik Jawa adalah nada Kepatihan, yangdiciptakan oleh R. M. T Wreksodiningratsekitar tahun 1910di Surakarta. Notasi ini sering dipergunkan untuk pembelajaran musik atau seni karawitan Jawa yang menggunakan lambang dengan 2 3 4 5 6 7Ji ro lu pat mo nem pi3 Karawitan Bali Notasi DingdongNotasi ini menggunakan lambang bahasa kawi tepatnya bahasa Jawa kuno, yang pada awalnya hanya berkembangdilingkungan pembelajaran karawitan tembang di Bali. Bentuk notasi tersebut dapat ditransfer pada notasi angka dengan susunn Notasi Dingdong nada pokok adalah disimbolkan sebagai berikut Ndong simbol musik nada 1 dibaca dong Ndeng simbol musik nada 2 dibaca deng Ndung simbol musik nada 3 diaca dung Ndang simbol musik nada 4 dibaca dang Nding simbol musik nada 5 dibaca dingBerikut ini adalah perbandingan nada dan simbol nada pentatonik dan nada IramaUnsur Seni MusikIrama adalah bentuk susunan tertentu dari panjang pendeknya bunyi dan diam. Setiap bentuk lagu mempunyai pola irama. Irama sebuah lagu terdiri dari beberapa pola irama. Pola Ritmik adalah salah satu elemen dari unsur irama. Rasa Birama adalah suatuelemen dari unsur irama, untuk dapat membedakan rasa birama dapat dilatih MelodiMelodi merupakan susunan rangkaian nada bunyi dengan getaran teratur yang terdengar berurutan serta berirama, dan mengungkapkan suatugagasan. Sebuah elodi memiliki bagian awal, pergerakan anada, serta bagian memiliki arah, bentuk serta keseimbangan. Melodi yang bergerak dalam interval yang kecil dinamakan melodi melangkah, sedangkan yang bergerak dalam interval besar dinamakan melodi nada atau harmoni adalah bunyi nyanyian musik yang menggunakan dua nada atau lebih. Dasar dari harmoni adalah trinada atau akor. Trinada atau akor merupakan susunan dari tiga nada yang terbentuk dari salah satu nada terts dan kunnya, atau dari salah satu bada dengan tertsny dan berikutnya terts dari nada yang baru. Bentuk dan struktur laguDasardari pembentukan lagu mencakup pengulangan suatu bagian repetisi , engulangan dengan macam perubahan variasi, sekuen , atau penambahan bagian baru yangberlainan kontras , dengan selalu memperhatikan keseimbangan antara pengulangan dan dari unsur ekspresi dalam musik dikatakan Jamalus 1992 antara lain sebagai berikut Tempo Dinamik Timbre Frase Karakter Suara Gaya Modulasi TransposisiReferensi Soepandi, atik. 1975. Teori dasar karawitan. Bandung Asti Bandung*Penulis Femi Ardiani
Salahsatu kesenian yang dimiliki bangsa Indonesia adalah Seni Karawitan Jawa. Bagi masyarakat awam biasanya suka menyebutnya sebagai musik gamelan. Karawitan adalah kesenian musik tradisional Jawa yang mengacu pada permainan musik gamelan. Kesenian karawitan ini dikemas dengan alunan instrumen dan vokal yang indah sehingga enak untuk didengar dan dinikmati. Karawitan berasal dari kata
Gamelan pada karawitan Bali. Foto dikenal sebagai daerah yang kental akan seni dan budaya. Selain memiliki berbagai kesenian tari yang mendunia, Bali juga memiliki pertunjukan musik tradisional, yakni karawitan Bali. Meski identik dengan kultur Jawa, karawitan tak hanya dapat kita temukan di daerah tersebut. Namun juga di berbagai daerah lainnya di Indonesia, termasuk buku berjudul Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kesenian Karawitan oleh Eka Septiani, karawitan merupakan seni yang mengedepankan kehalusan dan kelembutan. Hal tersebut tercermin dalam teknik permainannya yang halus dan memiliki kerumitan hanya itu, karawitan juga dapat diartikan sebagai ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui media suara, baik vokal maupun instrumental yang berlaraskan slendro atau Musik KarawitanMenurut Hanun Adhaninggar dalam buku Musik Tradisional, berdasarkan bentuk dan fungsinya, karawitan dapat dibagi menjadi tiga jenis, antara lainJenis karawitan ini menyajikan berbagai nyanyian yang dikenal dengan tembang. Adapun penyanyi yang membawakan tembang dalam karawitan disebut dengan pesinden penyanyi wanita dan wiraswara penyanyi pria.Sesuai dengan namanya, jenis karawitan ini menyajikan pertunjukan alat musik, yakni gamelan. Pergelaran karawitan secara umum dapat digolongkan menjadi dua macam, yakni karawitan pakurmatan dan karawitan karawitan ini merupakan gabungan antara karawitan vokal dan karawitan instrumental. Pertunjukan karawitan yang satu ini menyajikan unsur vokal dan unsur instrumental secara Bali. Foto Kanal Bali/ BaliKarawitan erat kaitannya dengan penggunaan gamelan. Di Pulau Dewata, gamelan disebut dengan gambelan. Menurut buku Ensiklopedi Mini Karawitan Bali karya Pande Made Sukerta, perkembangan karawitan Bali terjadi secara signifikan pada periode 1970 hingga berkembangnya zaman, keberadaan karawitan Bali menyebar di penjuru Pulau Dewata. Melansir laman saat ini hampir setiap desa di Bali memiliki gamelan. Setidaknya dalam satu desa dapat ditemukan dua hingga tiga gamelan. Adapun jenis gamelan yang berkembang hingga saat ini ialah gong menjawab perkembangan zaman, karawitan Bali juga mengalami pengembangan komposisi unsur musik. Dibandingkan versi lawas, karawitan Bali kini memadukan variasi nada dan melodi yang lebih buku Seni Budaya untuk SMA/SMK/MA/MAK Kelas XII oleh Agus Budiman, dkk., karawitan Bali menerapkan notasi dasar atau notasi dingdong. Notasi tersebut menggunakan lambang bahasa Kawi atau bahasa Jawa berkembangnya zaman, notasi dingdong juga digunakan untuk menotasikan berbagai jenis gending pada gamelan Bali. Bentuk notasi tersebut dapat dikonversikan pada notasi angka. Berikut rinciannyaNdong dibaca dong, merupakan simbol musik nada dibaca deng, merupakan simbol musik nada dibaca dung, merupakan simbol musik nada dibaca dang, merupakan simbol musik nada dibaca ding, merupakan simbol musik nada uraian tentang karawitan Bali, semoga bermanfaat!
KarawitanSunda adalah seni karawitan yang berasal dari Jawa Barat yang tersebar di masyarakat sunda. Karawitan sunda terdiri dari karawitan sekar, karawitan gending, dan juga karawitan sekar gending. Karawitan dalam budaya sunda sendiri mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan di berbagai jenis kesenian di Jawa Barat.
Padatahun 778 dilakukan pembuatan notasi gamelan laras slendro. Adanya laras pelog menyusul pada kemudian hari. Seni edi peni bertambah subur. Perkembangan Gamelan Jawa merupakan piranti yang serba tertata. Musik tradisional ini sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan.
yJFjEu. 46eicybv91.pages.dev/5346eicybv91.pages.dev/33446eicybv91.pages.dev/9346eicybv91.pages.dev/75246eicybv91.pages.dev/3646eicybv91.pages.dev/12546eicybv91.pages.dev/18446eicybv91.pages.dev/153
pada seni karawitan atau seni musik jawa notasi disebut